Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biografi Umi Waheeda, Single Parent Untuk Ribuan Santri dan Teladan Suksesnya

“Umi adalah sosok wanita yang bertanggung jawab serta memprioritaskan hidupnya untuk meningkatkan kebutuhan pendidikan di Indonesia. Di sisi lain umi dan saudara-saudarnya telah membuktikan kesuksesan dan rasa baktinya kepada orang tua.” Eti Rahmawati Maftu
Wanita dengan status single parent ini dikenal dengan prestasi yang luar biasa. Menjabat sebagai pemangku Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman yang memiliki santri berjumlah kurang lebih 18.000 santri putra maupun putri dengan biaya gratis. 

Beliau juga bertanggung jawab membesarkan 7 putera-puterinya disamping mendidik belasan ribu santri. Sangat sulit menemukan sosok berjuluk ‘Single Parent Untuk Ribuan Santri’ seperti Umi Waheeda ini.

Profil Singkat Umi Waheeda

Umi Waheeda lahir di Singapura pada tanggal 14 Januari 1968 M., dari pasangan ibu Safinah binti Abdurrahman dan Bapak Abdurrahman bin Adnan. 

Beliau merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Sejak dini hidup Umi dihiasi dengan serentetan prestasi diberbagai bidang kejuaraan. 

Berbagai penghargaan dan kejuaraan berhasil disabetnya seperti olimpiade Fisika, tari melayu, dan cabang olah raga lari. 

Biografi Umi Waheeda, Single Parent Untuk Ribuan Santri dan Teladan Suksesnya
Image source: img twitter.com/nuruliman

Umi dan adik-adiknya dibesarkan di kota modern I Queens Town-Singapura. Setelah menyelesaikan pendidikan di Scondary School, Umi melanjutkan pendidikan di Resent Girl School dengan konsentrasi jurusan sastra bahas Inggris level Cambridge.

Setelah lewat tiga tahun, Umi memutuskan untuk nyantri di Darul Ulum International School di Surabya dan berguru kepada Syeikh Habib Saggaf. 

Disini berbagai bidang ilmu agama beliau serap dan beberapa literatur kitab kuning telah beliau translit ke dalam bahasa Inggris. 

Beliau juga memutuskan untuk menghafal al-Qur’an dan mengakhiri masa lajang pada umur 20 tahun untuk menikah dengan Syeikh Habib Saggaf. Pernikahan berlangsung pada tanggal 5 Mei 1988 di Singapura.

Diajak Suami Merintis Pesantren

Setelah selesai melaksanakan pernikahan, Umi memutuskan untuk menetap di Indoneia dan mendampingi Abah untuk berdakwah. 

Abah Saggaf mengembangkan sayap dakwahnya ke Bintaro dengan membuka sebuah majelis ta’lim yang berlokasi di Masjid Raya Bintaro. 

Bertahun-tahun menetap di wilayah tersebut, jumlah peserta jama’ah majelis ta’lim pun semakin membludak.

Tetapi pada tahun 1998 di Masa Orde Baru, Indonesia mengalami krisis moneter luar biasa. Banyak para remaja putus sekolah akibat situasi ekonomi yang tidak bersahabat. 

Kenyataan ini membuat Abah dan Umi hijrah ke Parung Kabupaten Bogor untuk merintis sebuah lembaga pendidikan bebas biaya. 

Lembaga tersebut saat ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman. Pada tahun 2001 Umi memutuskan untuk berpindah kewarganegaraan menjadi warga Negara Indonesia agar lebih fokus dalam merintis lembaga tersebut. 

Lambat laun nama Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman mulai populer dengan pesantren yang seluruh biaya pendidikan, pengobatan, makan-minum serta sarana dan pra-sarana secara cuma-cuma alias gratis.

Pesan Abah Saggaf

Pada tanggal 12 November 2010 Umi mendapatkan cobaan berat dengan berpulangnya Abah Saggaf, Suami tercinta, ke rahmatullah. 

Sebelum wafat, Abah berpesan, “Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman harus tetap gratis sampai kiamat”. 

Begitu berat amanat yang Umi emban, tetapi sekarang Umi telah menorehkan keberhasilan luar biasa. Pesantren tersebut telah menerima predikat penghargaan sebagai ‘Pondok tauladan di seluruh Indonesia’.

Sekarang ini, jenjang pendidikan Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman menganut sistem pembelajaran yang memadukan antara sistem pembelajaran salafiyyah (klasik) dan sistem pendidikan modern. 

Sistem pembelajaran salafiyyah diisi dengan pembahasan kitab-kitab klasik seperti Tafsîr al-Jalâlain dalam bidang tafsir, dan kitab al-Ajurûmiyah, al-‘Imrîthî, Alfiyah dalam bidang nahwu. 

Dalam bidang fiqih diajarkan kitab Safînatun Najâh, al-Ghâyah wa al-Taqrîb, dan Fathul Mu’în. Begitu juga seterusnya dalam bidang ilmu yang lain juga dibahas kitab-kitab yang sesuai. 

Sedangkan sistem pendidikan modern dalam pesantren ini merujuk pada kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Teladan Sukses Umi Waheeda

Beberapa sifat mulia yang bisa diambil teladan dari sosok Umi Waheeda antara lain adalah:

Sifat-sifat Yang Mulia

Sosok Umi Waheeda mencerminkan seorang figur yang mencintai ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah-satu penulis biografi beliau, Eti Rahmawati, “Umi sangat mencintai ilmu, sebab baginya tidak ada yang membuat manusia menjadi mulia selain iman dan ilmu”. 

Bahkan disela-sela kesibukannya dalam mengasuh belasan ribu santri, Umi masih menyempatkan diri untuk kuliah untuk meraih gelar S3 di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.

Semua fasilitas pesantren mulai dari pendidikan, tempat tinggal, kesehatan dan lain-lain itu dinikmati santri secara gratis. 

Di pesantren yang beliau ampu itu, Umi Waeeda mengajari santri bagaimana cara berbisnis. Disana juga ada pabrik tahu-tempe yang dikelola santri sehingga anak didiknya yang telah lulus dari pesantren diharapkan bisa hidup mandiri berbekal ilmu yang diperoleh selama belajar di pesantren Nurul Iman. 

Dilihat dari kisah Umi, beliau adalah sosok wanita yang bertanggung jawab serta mendedikasikan hidupnya untuk meningkatkan kebutuhan pendidikan di Indonesia.

Yakin Terhadap Allah Swt.

Mengelola pesantren dengan ribuan santri yang tinggal di dalamnya adalah tugas berat. Dalam memenuhi amanat yang dibebankan kepada Umi Waheeda tersebut, beliau memberikan teladan tentang bagaimana menjalankan amanat sebagaimana yang dijelaskan Umi saat beliau diwawancarai. 

Beliau ditanya tentang persiapan yang Umi lakukan untuk mengemban tugas berat ini, “Umi, sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas keberlangsungan yayasan, apa saja persiapan yang Umi lakukan dalam menjalankan amanat yang sangat berat ini?”

Umi Waheeda menjawab, 

“Umi melihat bahwa semua yang telah digariskan oleh Allah adalah sebuah takdir yang selalu mengandung hikmah. Keyakinan bahwa Allah  tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan adalah hal yang paling mendasar yang melandasi tekad Umi untuk terus melangkah ke depan. Umi berkeyakinan bahwa selama Umi berusaha secara maksimal dalam menjalankan amanat Abah, maka keberlangsungan yayasan ini selalu berada dalam jaminan Allah . Sehingga apapun yang Umi upayakan dalam memimpin pesantren ini, itulah bukti kesiapan Umi.”

Inisiatif Pemanfaatan Limbah

Aspirasi untuk mendirikan pabrik roti berasal dari Syekh Habib Saggaf, disamping Habib juga sempat menjalankan beberapa kegiatan wirausaha sebelumnya. 

Menurut Umi Waheeda, pabrik roti yang dibangun di dalam pesantren itu berdiri atas hasil mendaur ulang sampah, dan mejadi unit usaha yang pertamakali dikembangkan oleh pesantren. 

Sampah-sampah itu berasal dari para santri sendiri dimana sebelumnya untuk memusnahkan sampah dilakukan dengan cara dibakar. 

Karena Umi alergi berat dengan asap, akhirnya beliau bilang kepada Syeikh Saggaf untuk menjual saja sampah-sampah itu agar bisa didaur ulang sebagaimana di tempat-tempat lain.

Hasil penjualan sampah itu mencapai 20 juta rupiah yang akhirnya digunakan untuk modal mendirikan pabrik roti. 

Beliau menuturkan ceritanya,“Asal usul daur ulang, waktu itu dengan 10 ribu siswa-siswi dengan sampahnya itu bergunung-gunung. Waktu itu kebiasaan di sini, mereka suka bakar sampah. Saya alergi berat, ya namanya asap saya pasti pilek. Akhirnya saya bilang ke Habib, kalau di luar itu kan ada daur ulang, yuk kita lakukan itu juga. Kita mulai kumpul sampah dan dijual. Bayangkan kita dapat dari hasil daur ulang itu, plasmanya sekitar Rp. 20 juta, itu modal utama kita untuk bikin pabrik roti. Jadi bisa bayangkan, dari sampah akhirnya bisa modal pabrik roti.”

Pengembangan Pendidikan Free but Hig Quality

Umi Waheeda memiliki prinsip kuat bahwa pondok yang diampunya itu berciri khas free and high quality, gratis dengan kualitas tinggi. Walaupun gratis tetapi selalu mengedepankan kualitas. 

Aspirasi ini muncul dari wasiat Habib Saggaf, sang suami, yang memberi amanat kepada Umi agar pesantren tetap gratis dengan pendidikan yang tinggi dan bermutu. 

Tutur Umi, “Jadi sebelum Abah sakit, abah jabat tangan dengan saya. Waheed, saya amanat pondok ini buat kamu. Kamu harus berjanji bahwa pondok ini sampai kiamat tetap gratis dan kualitas pendidikannya harus tinggi dan bermutu. So far sudah lebih setahun habib meninggal, Alhamdulillah anak-anak tetap makan dan tetap sekolah.”[]

Ketulusanmu dan kasih sayangmu adalah bekal hidupku, aku akan senantiasa berusaha membuatmu bahagia. Selamat ulang tahun mi, semoga umi dan keluarga selalu diberikan kesehatan, umur panjang, dikabulkan segala hajat/cita-cita Umi dan senantiasa diberikan kemudahan oleh-Nya.” Ucapan Selamat Ulang Tahun Untuk Umi Waheeda