Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Sakit Radang Usus Buntu Dan Pengalaman Operasi Usus Buntu di Rumah Sakit

Sejak kecil aku sudah mendengar penyakit yang namanya disebut dengan usus buntu. Ya dulu pikirku penyakit ini adalah penyakit dimana membuat usus menjadi buntu dan sisa makanan jadi terhambat untuk bisa keluar dari perut.
Pengalaman Sakit Radang Usus Buntu Dan Pengalaman Operasi Usus Buntu di Rumah Sakit

Namun ternyata usus buntu adalah penyakit dimana bagian usus buntu, yaitu bagian usus yang kecil pada usus besar (disebut usus buntu) mengalami radang.

Oleh karenanya, penyakit usus buntu juga disebut dengan radang usus buntu.

Sejak kecil aku mendengar orang-orang mengatakan kalau usus buntu disebabkan salah satunya karena makan cabai terlalu banya, juga makan biji jambu, dimana biji-biji itu bisa menutupi usus buntu.

Namun konon itu hanyalah mitos belaka, karena konon kata dokter usus buntu intinya disebabkan karena bakteri.

Pengalaman Sakit Radang Usus Buntu

Langsung saja. Pada saat penyakit usus buntu ini masih gejala, rasanya perut ini ada semacam batu lembut yang mengganjal di perut bagian kanan bawah.

Mengganjal bagaikan batu, tetapi lembut karena ketika disentuh seperti normal tidak ada apa-apanya.

Rasanya penyakit radang usus buntu bagaimana? Ya awalnya seperti ada batu, atau pecahan kaca yang menyayat kulit.

Awalnya Gejala Usus Buntu terasa tidak terlalu sakit. Seperti normal-normal saja, tidak terlalu sakit, namun terasa membuat badan ada yang tidak enak di bagian perut kanan bawah.

Pada dua hari berikutnya, rasa sakit dari radang usus buntu semakin bertambah kuat. Aku masih bisa jalan namun terasa sakit lebih berat.

Ketika dipegang rasanya semakin sakit. Namun rasa sakit usus buntu yang aku rasakan tidaklah merata di perut bagian kanan.

Rasa sakit ketika dipegang hanya terasa selebar lingkaran bola kasti mungkin. Jadi ketika disentuh tepat di area yang sakit, rasanya sangat sakit sekali mirip bisul namun di dalam perut.

Karena tidak mengenal penyakit ini, sebelumnya aku berfikir kalau mungkin sakit di perut ini bisa sembuh dalam beberapa hari, namun ternyata semakin hari semakin parah sakitnya.

Aku sudah menduga bahwa penyakit ini sepertinya usus buntu, lalu aku membaca beberapa informasi di internet mengenai gejala-gejala usus buntu.

Tidak sama persis gejala usus buntu yang aku alami, namun gejala penyakitku mengarah ke usus buntu.

Beberapa gejala usus buntu antara lain seperti mual, muntah, demam ringan, dan sakit di aera usus buntu. Untuk mual dan muntah tidak aku rasakan.

Di internet juga ada informasi mengenai obat herbal untuk usus buntu, di antaranya adalah propolis.

Kebetulan aku ada propolis yang tersimpan di rumah, dan aku coba minum beberapa tetes sebelum tidur.

Esoknya juga aku minum propolis lagi, namun sepertinya sakit perut ini tidak kunjung sembuh atau membaik.

Sampai di hari ke empat, semenjak hari pertama radang usus buntu, ketika berjalan seperti jalannya orang yang kakinya pincang.

Jadi pada hari keempat gejala usus buntu ini, berjalan tidak bisa tegap. Agak membungkuk dan terkadang tangan memegang perut.

Karena perut terasa semakin sakit, akhirnya aku memutuskan untuk periksa ke dokter.

Pengalaman Memeriksakan Usus Buntu di Rumah Sakit

Setelah tiba di rumah sakit, aku menuju ke ruang gawat darurat untuk mendaftarkan diri. 

Karena meskipun aku menduga penyakit ini adalah penyakit usus buntu namun tentu belum jelas juga penyakit yang sebenarnya apa. 

Di reception pun mereka meminta kartu identitas dan memberikan nomor antrian untuk menemui dokter di bagian gawat darurat.

Perlu pembaca ketahui bahwa rumah sakit yang saya tuju ini ada di Turki karena posisi saya adalah di Turki.

Setelah antri panjang, akhkirnya saya masuk dan melaporkan keluhan pada dokter. Lalu dokter memegang perut yang sakit, namun baru disentuh saja rasanya sudah sangat sakit sekali. 

Dokter pun juga bilang, belum disentuh kok sakit? Aku bilang, memang sakit sekali dok.

Lalu dokter memberikan dokumen yang saya bawa dari bagian gawat darurat yang sudah diberi catatan untuk aku kerjakan. 

Di antaranya adalah memeriksakan darah lalu ke ruang rontgen untuk ambil gambar.

Setelah ambil darah dan ke ruang rontgen, aku pun memberikan hasilnya ke dokter yang aku temui itu.

Dokternya bilang kalau kondisi tubuh dari laporan pemeriksaan darah baik-baik saja, dan hasil scan rontgen pun juga tidak ada masalah.

Lalu dokter di ruang gawat darurat itu pun membawaku ke dokter lanjutan. 

Pengalaman Operasi Usus Buntu di Rumah Sakit

Di ruang yang lain, aku diperiksa oleh tim dokter dengan mengambil sample urin dan masuk ke pemeriksaan tomografi. 

Hal ini karena pemeriksaan dengan scan rontgen dan sample darah tidak bisa mendeteksi penyakitku. 

Sebelumnya dokter sempat bertanya kapan terakhir makan dan minum, aku menjawab jam 2-3 sore tadi. Dokter bilang bahwa malam ini harus operasi kalau positif usus buntu. Karena kemungkinan penyakit ini adalah penyakit usus buntu.  

Mendengar kata operasi, rasanya ngeri-ngeri sedap. Namun apa boleh buat kalau jalan keluarnya adalah operasi, karena jika terlambat pasti lebih gawat. Konon bisa mengancam nyawa jika usus buntu sudah pecah.

Pemeriksaan tomografi mirip di tv-tv dengan mesin bundar dimana pasien tidur lalu masuk ke dalam mesin bundar itu.

Setelah mengikuti tahap-tahap itu, barulah positif bahwa aku terkena usus buntu. Dan seakan dalam langkah yang cepat aku sudah siap untuk dioperasi.

Pengalaman Operasi Usus Buntu di Rumah Sakit

Selama menunggu di ruang perawatan, aku sudah diinfus. Lalu datang petugas memanggil namaku dan dengan kereta dorong aku dibawa menuju ke kamar yang menjadi kamar rawat setelah operasi.

Setelah di kamar di suruh ganti baju operasi dan dibawa ke ruang operasi. 

Saat masuk ruang operasi ada sekitar 7 orang di ruangan, yang satu sibuk mencatat dan mengatur alat-alat mirip komputer, yang lain menata peralatan, yang lainnya mengajakku ngomong.

Lalu disuntukkanlah obat bius ke tangan melalui infus. Dan mungkin hanya 1 menit aku langsung tak sadarkan diri.

Setelah tersadar tenggorokan terasa kering dan haus, dan ternyata operasi usus buntu sudah selesia. 

Para dokter juga sudah tak ada, hanya ada satu orang seingatku yang membawaku ke kamar perawatan.

Di kamar ini kawanku yang aku telfon sebelumnya sudah datang, dan aku dipindah ke kasur di kamar perawatan. 

Rasa bius masih terasa kuat hingga kadang bangun kadang tidur. Namun alhamdulillah proses operasi berjalan lancar.