Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Islami Tentang Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Khalifah Umayyah yang agung, yaitu Umar bin Abdulaziz (w. 101/720), dikenal sebagai khalifah yang sangat berhati-hati mengenai hak-hak para pelayan dan merupakan khalifah yang sangat menjunjung keadilan sosial selama masa kepemrintahannya.

Umar bin Abdulaziz memiliki dua lampu sebagai penerang. Kedua lampu tersebut ia gunakan untuk pekerjaan terpisah selama ia bekerja di malam hari.

Umar bin Abdulaziz menggunakan lampu pertama untuk menulis catatan tentang urusan pribadinya, dan lampu yang kedua ia gunakan untuk urusan negara dan bangsa.

Jadi, jika ada orang datang untuk urusan pribadi dengannya, Umar akan menyalakan lampu pertama miliknya. Namun jika seseorang datang untuk urusan negara, maka ia akan menggunakan lampu khusus untuk urusan negara.

Hal ini karena ia tidak mau mengambil hak-hak rakyat dan negara.

Khalifah Umar bin Abdulaziz dikenal sebagai orang yang tidak kaya, ia tak memiliki lebih dari satu pakaian.

Suatu ketika, ada salah satu kerabatnya telah mengirim hadiah berupa buah apel untuk Umar Abdulaziz melalui seorang utusan.

Khalifah Umar melihat, mengambil dan mencium apel itu sedikit. Setelah itu dia meminta utusan yang datang membawa hadiah itu untuk mengirimkannya kembali ke pemiliknya.

Umar bin Abdulaziz  berkata kepada petugas yang membawa apel itu:

Katakan pada orang yang memberiku apel ini bahwa apel telah menemukan tempatnya (Maksudnya Umar bin Abdulaziz ingin apel itu kembali kepada orang yang memberi).

Utusan itu mengatakan:

Wahai kepala orang beriman! Rasulullah dulu menerima hadiah. Orang yang mengirim apel ini berasal dari kerabat anda.

Khalifah Umar menjawab:

Ya, tapi apa yang diberikan kepada Rasulullah SAW. itu bisa jadi hadiah. Namun sebuah hadiah yang diberikan kepada kami itu adalah suap.

Umar bin Abdulaziz memutuskan untuk memberi gaji gubernur dengan gaji yang sangat melimpah. Hal ini karena alasan sebagai berikut:

Gaji yang banyak akan membuat para gubernur tidak kekurangan uang, jika semua kebutuhannya dipenuhi, mereka akan mampu mengabdikan diri untuk urusan rakyat.

Suatu malam ada seorang tamu yang datang menemui khalifah. Minyak lampu minyak telah habis dan lampu itu mati. Tamu itu pun berkata kepada Khalifah:

Biarkan kami membangunkan pelayan anda agar dirinya menuangkan minyak lampu.

Tidak, biarkan dia tidur. Saya tidak ingin membuatnya melakukan dua pekerjaan. Jawab Umar.

Jadi biarkan aku bangun dan menuangkan minyak ke dalam lampu. Begitu kata Umar.

Umar pun bangkit dan menuangkan minyak ke lampu lalu kembali ke tempatnya dan berkata:

Aku adalah Umar saat bangun dan bekerja. Aku juga tetap Umar saat duduk. Artinya adalah bagaimana pun keadannya, Umar tetaplah Umar.

Selama dua setengah tahun di bawah kepemimpinan Umar, keadilan mampu berlaku di dunia Islam. Namun sayangnya ia diracuni oleh orang-orang musuh yang jaht ketika dia baru berusia empat puluh tahun.

Orang yang meracuninya itu tidak lain adalah pembantunya sendiri dengan imbalan emas.

Saat pembantunya itu mengaku bersalah, Umar b. Abdulaziz lalu memutuskan untuk mengambil uang dari pembantunya itu dan memasukkannya ke kas negara.

Umar lalu membebaskannya dan menyuruhnya melarikan diri agar dirinya tidak terbunuh. Kisah ini berasal dari Kitab al-Bidayah wanNihayah.