Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Kitab Taurat dan Injil mengalami perubahan?

Injil, Taurat, dan juga kitab Zabur atau Mazmur adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah seperti Al-Qur’an. Dalam arti, semua kitab itu asalnya adalah dari Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia. Namun meskipun semuanya berasal darai Allah, mengapa sampai saat ini ketiga kitab samawi selain al-Quran tidak terjaga keasliannya atau telah dipalsukan isinya?

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang jawaban dari pertanyaan tersebut, seputar Taurat dan Injil yang mengalami perubahan berikut alasan-alasannya.

Kitab Taurat dan Injil

Kitab Taurat dikenal sebagai kitab yang berisi kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa as. Namun sebenarnya, kata Taurat dalam Al-Qur’an itu bukan hanya sebuah nama yang menggambarkan kitab yang diberikan kepada nabi Musa saja. Kata Taurat ini adalah nama umum dari kitab-kitab yang diberikan kepada para nabi yang diutus kepada orang Israel, termasuk nabi Musa.

Sedangkan Injil secara harfiah berarti instruksi dan pengajaran. Hal ini adalah sebagaimana yang diungkapkan kepada orang Israel melalui Nabi Isa yang dinyatakan dalam Al-Qur’an tentang hal ini:

“Kami telah mengutus Isa putra Maryam, mengikuti jejak para nabi, membenarkan Taurat yang datang sebelum dia. Dan Kami berikan kepadanya Injil yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, untuk meneguhkan Taurat sebelumnya, dan sebagai petunjuk dan nasehat bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Maidah 46).

Adapun pengertian istilah tentang Injil adalah kitab yang berasal dari Allah yang diberikan kepada Nabi Isa sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk mendapatkan kebenaran.

Mengapa Kitab Taurat dan Injil mengalami perubahan?

Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa kitab Taurat dan Injil mengalami perubahan berdasarkan perspektif Islam. Di antaranya adalah sebagaimana penjelasan berikut:

1. Manusia memang bisa merubah Taurat dan Injil

Dalam agama Islam telah jelas bahwa tidak ada paksaan dalam agama, sebagaimana ayat berikut: “Tidak ada paksaan dalam agama…” (Baqara, 2/256).

Arti dari ayat di atas mencakup dua hal. Pertama; Manusia tidak dapat ditekan dengan cara apa pun agar mereka memilih sebuah kepercayaan atau agama. Kedua; manusia tidak bisa dipaksa agar mereka tidak mempercayai sebuah agama.

Karena itu, Allah tidak mencegah orang-orang yang beriman kepada para nabi agar mereka tidak beriman dan tidak pula Dia menghalangi orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi.

Manusia bebas untuk memilih sesuai keinginan mereka, namun pada hari kiamat kelak mereka akan tetap mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka lakukan.

Bahkan Allah pun membiarkan orang-orang yang ingkar kepada nabi itu untuk membunuh para nabi sebagaimana yang terjadi kepada para Nabi Bani Israil.

Sama dengan hal ini, Allah pun juga tidak menghalangi orang-orang yang tidak beriman untuk memalsukan kitab-kitab Allah tersebut. Artinya kitab-kitab yang diturunkan sebelum al-Quran itu bisa dilakukan apapun, baik diimani maupun diingkari dan dirubah. Hal ini karena itu semua adalah ujian, barang siapa patuh terhadap Allah maka ia akan menjaga kitab tersebut, namun kalau ingkar ia bisa mengubah kitab tersebut. Tanggungjawabnya ada di akhirat kelak.

Dengan demikian, sebagaimana mereka bisa membunuh para nabi, mereka pun juga bisa memalsukan kitab Allah seperti Taurat dan Injil, juga karena jaminan terhadap keaslian kitab itu tidak ada. Berbeda dengan al-Quran yang dijamin keasliannya hingga hari kiamat.

2. Nabi-nabi sebelumnya diutus ke suku-suku tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

Kitab-kitab mereka hanya berlaku untuk suku-suku itu dan untuk jangka waktu tertentu. Itu sebabnya Tuhan tidak melindungi kitab tersebut karena memang jika masanya habis maka kitab itu pun juga bisa tak berlaku.

Ketika masa nabi itu berakhir atau kitabnya rusak, Allah mengutus nabi lain dan kitab lain setelahnya. Tapi Nabi kita (saw) adalah nabi terakhir yang diutus untuk semua waktu dan tempat. Karena tidak akan ada nabi setelahnya, jika Allah tidak memelihara Al-Qur’an yang telah diberikan kepadanya, tidak mungkin orang-orang datang/datang di abad-abad berikutnya untuk menemukan jalan yang benar.

3. Allah Melindungi al-Quran tetapi Tidak Melindungi Taurat dan Injil

Semua hal yang diciptakan Allah di bumi ini tidak sama. Dia menciptakan seusatu dengan perantara dan penyebab, namun menciptakan yang lain tanpa awal maupun asalnya.

Misalnya, ketika semua orang lahir dan berasal dari orang tua mereka, tetapi Nabi Adam (as) adalah sosok yang lahir tanpa ibu dan ayah. Juga nabi Isa bisa lahir tanpa ayah. Ini berarti bahwa di luar hukum umum, kadang-kadang Allah memperlakukan hukum secara khusus.

Begitu pula Allah pun memberlakukan hal yang umum dan khusus kepada para nabi. Ada beberapa nabi yang datang dan dibunuh oleh umat mereka. Tapi ada pula nabi seperti Musa (as), nabi Ibrahim (as), dan nabi Muhammad (saw) yang selalu diselamatkan oleh Allah.

Hal yang sama dapat berlaku untuk kitab yang diturunkan oleh. Allah, berhak membiarkan kitab-kitab lain untuk diubah seperti Taurat dan Injil, namun secara khusus mencegah Al-Qur’an diubah dengan rahmat-Nya.

Untuk alasan ini, ia menyatakan bahwa Al-Qur’an berada di bawah perlindungan khusus. Sebagaimana Allah, yang melindungi Nabi Ibrahim (saw) dengan tidak membakarnya dari api, juga menjaga Al-Qur’an dari perubahan.