Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sukses dan Gagal dalam Al-Qur’an

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” Qur’an Surah Al-Baqarah [2]: ayat 2.

Sukses Dalam Al-Quran

Al-Qur’an sebagai kitab pedoman umat manusia sepanjang zaman, memberikan informasi dan tuntunan kepada kita agar kita tetap berada di atas shirat al-mustaqim dalam mengarungi hidup. Di dalamnya diperlihatkan tentang kisah-kisah berkenaan baik dan buruk serta nasehat-nasehat bijaksana. Allah s.w.t. melalui al-Qur’an memberikan petunjuk kepada umat manusia untuk tujuan kebaikan dan menjauhi kesesatan.

Allah mengarahkan manusia untuk kebaikan dirinya baik di dunia maupun di   akhirat. Idealnya, jika ingin hidup nyaman tentram loh jinawi, maka seyogyanya memahami al-Qur’an dan mengimplementasikan nilai-nilai yang termaktub di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
al-Quran via pixabay.com

Begitu juga konsep sukses jika diartikan sebagai tujuan tertinggi dalam menggapai hidup. Melalui Al-Qur’an, Allah memberikan informasi tentang standar sukses dalam untaian berbagai ayat-ayat suci paling indah sepanjang zaman. Dalam surah al-Fatihah disebutkan tentang garis besar adanya dua golongan, yaitu golongan yang diberi petunjuk dan golongan yang sesat.

Bisa dikatakan, golongan yang diberi petunjuk, tidak tersesat, dan tidak diazhab (ghairu maghzhub) adalah golongan yang sukses. Kebalikannya, kesesatan dan penyiksaan adalah gambaran jelas kondisi ketidaksuksesan.

Dari sini bisa disimpulkan, bahwa sukses cenderung kepada keadaan yang enak, nyaman, beruntung dan baldatun thayyibatun warabbul ghafur. Sebaliknya, tidak sukses itu cenderung kepada kondisi yang tidak nyaman, kekurangan, siksa, dan kesesatan. Berawal dari pemahaman tersebut, maka di dalam al-Qur’an bisa kita lihat bagaimana konsep sukses dan gagal dalam beberapa ayat.
Gambaran Sukses

Diantara gambaran al-Qur’an tentang kesuksesan adalah sebagaimana firman Allah berikut:
“Sesungguhnya telah kami turunkan kepada kamu sebuah kitab
yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka
apakah kamu tiada memahaminya?” (QS. Al-Anbiya [21]:10).

Ayat di atas dapat dipahami bahwa al-Qur’an menunjukkan tujuan diturunkannya Firman Allah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kemuliaan bagi umat manusia. Jelas sekali al-Qur’an menekankan bahwa tujuan hidup adalah untuk mendapatkan kemuliaan. Sedangkan apabila seseorang sudah mendapatkan kemuliaan dengan memahami dan mengaplikasikan firman Allah, maka dia termasuk orang sukses.

Dalam ayat lain difirmankan:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran [3]:185).

Ayat tersebut menjelaskan tentang surga sebagai tujuan akhir menuju keberuntungan. Dan rintangan untuk menuju keberuntungan akhir adalah dunia yang penuh dengan kesenangan semu dan membuat manusia terperdaya.

Ayat lain berbunyi:
“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah (surga); penghuni-penghuni jannah (surga) itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Hasyr [59]: 20).

Ayat ini memberikan garis pemisah secara jelas antara orang-orang yang beruntung yang menjadi penghuni surga. Demikian dapat dipahami bahwa penduduk neraka adalah kebalikan dari penduduk surga (orang-orang yang beruntung).

Gagal Dalam Qur’an

Gambaran tentang kesuksesan telah dijelaskan melalui tiga ayat pada bagian sebelumnya. Berikut ini merupakan gambaran tentang kegagalan hidup yang digambarkan dalam al-Qur’an. Allah s.w.t. berfirman:
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al-Nahl [16]: 117).
Dalam ayat lain disebutkan:
“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. Al-Nahl [9]: 68).

Dari kedua ayat di atas, orang kafir akan menempati neraka sebagai “ruang siksa” dan laknat dari Allah s.w.t. Dan kondisi ini merupakan posisi yang tidak beruntung. Inilah gambaran kegagalan yaitu kebalikan dari golongan surga yang sukses.

Metode Qur’ani Menuju Sukses

Setelah kita melihat dengan jelas antara golongan sukses dan golongan gagal, maka kita akan melihat dalam beberapa ayat yang menjelaskan tentang jalan untuk menuju sukses. Sebenarnya ada banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk tentang bagaimana memperoleh kemuliaan dan menuju jalan yang diridhai Allah s.w.t. karena memang al-Qur’an adalah kitab petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Tetapi disini akan dijelaskan dua ayat saja:
“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Taubah [9]: 88).

Ayat berikutnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran [03]: 104).

Salah satu jalan untuk menuju surga secara konkrit adalah dengan berjihad baik harta maupun diri mereka di jalan Allah sebagaimana dijelaskan dalam ayat pertama. Sedangkan ayat kedua adalah dengan menyeru dan mengajak sekuat tenaga untuk memerintahkan kebaikan dan menjauhi kemungkaran.

"Al-Qur'an itu bagaikan intan berlian. Dipandang dari sudut manapun tetap memancarkan cahaya".

Syaikh Abdullah Darraz