Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Seluk-beluk Tentang Definisi Pidato, Sejarah Pidato, Jenis-jenis dan Metode Pidato

Halo semuanya, kali ini kita akan mempelajari tentang apa itu pidato, sejarah, jenis, metode dan tujuannya.

Apa Sih Pidato Itu?? Pengertian Pidato

Secara umum pidato dapat dipahami sebagai berbicara di depan publik dengan baik serta bertujuan untuk mengungkapkan pendapat, menjelaskan suatu hal, berorasi, dan lain sebagainya. biasanya pidato dibawakan untuk menyambut even-even tertentu seperti acara hari kemerdekaan, hari besar keagamaan, pidato kenegaraan dan lain-lain, serta biasanya dibawakan oleh satu orang.
img pixabay.com
Pidato berhubungan erat dengan retorika. Sebagian orang mengatakan bahwa retorika sama dengan pidato dilihat dari sisi bentuk dan tujuannya. Keduanya sama-sama berbicara dengan mengucapkan suatu kalimat kepada seseorang secara individu maupun kelompok bertujuan untuk memberi informasi atau pengetahuan, mempengaruhi, dan bertukar pikiran. Secara detail, ketika diucapkan kata “retorika”, maka untuk membedakan dengan kata “pidato”, retorika lebih kepada kemampuan yang mengesankan dalam menyusun kalimat saat menyampaikannya kepada pendengar. Sedangkan pidato lebih kepada kegiatan berbicara di depan publik secara umum.

Pidato dalam Lintas Sejarah

Pidato bisa dikatakan sebagai sebuah alat yang hebat. Pidato bisa digunakan sebagai alat untuk kebaikan, bisa juga dipakai untuk kejahatan dan kekejaman. Bagaimana tidak, dengan pidato, seseorang mampu mengontrol ribuan masa. Seseorang dapat berpidato dengan isi yang mencerahkan dunia, tetapi sebaliknya pidato dapat dibuat untuk menutupi kebenaran.

Pidato mampu mengubah dunia karena dapat mempengaruhi masyarakat untuk bertindak. Seorang Bung Tomo mampu membakar semangat para pejuang di Surabaya karena pidatonya yang mantap dan mengena. Pemahaman dan perspektif masyarakat dapat dibentuk, diselewengkan, dan diubah dengan pidato. Begitulah para pemimpin masa lalu dapat menyatukan semangat dengan alat yang dinamakan pidato.

Nabi Muhammad SAW., juga dikenal sebagai seseorang yang baik dalam berbicara. Tutur bahasanya santun, menimbang siapa yang diajak bicara, dan beliau juga dikenal sebagai seorang yang fasih dalam hal berbicara. Beliau dikenal sering mengulang perkataan dengan tujuan supaya pendengar paham betul apa yang beliau sampaikan.

Nabi sering menyampaikan pidato-pidato pada para sahabat. Isinya pun bermacam-macam, ada kalanya terkait dengan aktifitas sehari-hari bagi kaum muslim, tentang peperangan, ataupun saat mendamaikan dua kelompok yang berselisih. Pidato beliau pun mempunyai ciri yang khas tersendiri. Nabi Muhammad SAW., senantiasa memberi hormat kepada para pendengar, mengawali dengan dua kalimat syahadat, dan sebagai pamungkas beliau mendoakan kebaikan dan memohonkan ampunan kepada Allah SWT.

Dalam penyampaiannya pun Nabi mempunyai sifat yang khas. Kalau isi yang beliau sampaikan berhubungan dengan kemungkaran, beliau menyampaikannya dengan nada tinggi. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh sahabat Jabir bin ‘Abdullah RA., bahwa Nabi saat berpidato, mata beliau memerah, suaranya meninggi, dan emosi meliputinya.

Jenis-jenis Pidato

Pidato mempunyai jenis yang bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan isi yang disampaikan. Berikut ini ada beberapa jenis pidato:
1. Pidato pembuka acara. Adalah pidato singkat dan padat, menjelaskan tentang schedule acara atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Pidato secara umum berisi pembukaan dengan kata sapa kepada para hadirin, kemudian memeberikan rincian jalannya sebuah acara. Tugas MC (Master Of Ceremony) adalah mengatur jalannya acara. Bila salah satu kegiatan dalam acara telah usai, maka ia akan menjelaskan kegiatan selanjutnya.
2. Pidato sambutan. Pidato jenis ini berisi tentang sambutan-sambutan pada sebuah acara atau peristiwa tertentu. Biasanya dilaksanakan oleh beberapa orang dari pihak tertentu dan dilakukan dengan bergantian. Contohnya seperti pidato sambutan acara perpisahan. Maka pihak yang menyampaikan biasanya adalah perwakilan siswa-siswi, perwakilan orang tua wali, dan perwakilan guru.
3. Pidato dakwah. Materi yang disampaikan biasanya berupa kajian keagamaan dan bertujuan untuk mempengaruhi pendengar untuk menjadi manusia salih dalam berbagai aspek, seperti sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya dalam bingkai keagamaan.
4. Pidato peresmian. Pidato yang satu ini mengiringi kegiatan peresmian sesuatu entah itu organisasi, gedung, dan lain sebagainya. Biasanya disampaikan oleh orang yang berpengaruh dan mempunyai wewenang untuk meresmikannya.
5. Pidato laporan. Dalam pidato ini, seseorang menyampaikan laporannya terhadap suatu kegiatan, atau dapat berupa laporan pertanggungjawaban.

Tujuan Pidato

Sebenarnya, tujuan pidato secara mendasar adalah untuk menyampaikan informasi kepada audiens. Tetapi secara umum, tujuan pidato adalah sebagaimana berikut:
1. Untuk mempengaruhi seseorang agar mau mengikuti nasehat-nasehat atau keinginan-keinginanya. Hal demikian sebagaimana pidato dengan tujuan untuk dakwah. Seseorang mengajak dan mempengaruhi publik untuk memperkental dimensi keagamaan untuk kemashlalahat umum.
2. Memberi informasi atau pemahaman kepada publik. Pidato laporan masuk pada pidato dengan tujuan ini.
3. Menghibur audiens. Pidato yang satu ini biasanya berisi humor atau lawakan untuk menghibur para hadirin. Bisa juga berisi nasehat-nasehat dan perkataan motivasi untuk menumbuhkan semangat pada saat terjadi bencana, sebelum menghadapi ajang perlombaan dan lain sebagainya.
Paparan diatas adalah hanya garis besar dari tujuan pidato. Dan ketiganya bisa ada dalam satu paket seperti pidato para da’i. Terkadang kita dapat menemukan seorang da’i yang mampu meracik pidato sedemikian dahsyat sehingga dapat mempengaruhi para audiens, memberikan informasi, pemahaman seputar masalah agama secara jelas, serta dengan gaya humoris sampai mengocok perut.

Antara Dakwah dan Pidato

Dakwah mempunyai hubungan yang erat dengan pidato. Dakwah punya arti mengajak. Tentunya mengajak kepada kebaikan dan mengajak untuk meninggalkan keburukan. Istilah yang biasa kita kenal adalah amar ma’ruf nahi munkar. Tujuannya adalah supaya tercipta kehidupan yang aman, tentram, dan seajahtera dengan mendapatkan ridha Allah SWT. Dakwah ditempuh dengan tiga model yaitu, dakwah dengan tulisan (dakwah bil kitābah), dakwah dengan lisan (dakwah bil lisān), dan dakwah bil hikmah.

Dakwah dengan tulisan

Model pertama ini memanfaatkan media tulis, seperti lewat koran, majalah, buku, dan lain sebagainya. Tradisi dakwah dengan tulisan sudah lama muncul, lihat saja para ulama pendahulu kita telah mengarang ribuan kitab yang berisi ilmu-ilmu dalam berbagai bidang. Sampai saat ini pun karya-karya mereka sampai sekarang terus-menerus dikaji entah di pesantren maupun perguruan tinggi.

Dakwah dengan tulisan menuntut keterampilan khusus daripada dakwah model lisan. Selain itu sasarannya tentu bagi mereka yang memiliki kemampuan baca tulis. Ini berarti kurang cocok jika digunakan untuk berdakwah dikalangan masyarakat awam. Kelebihan dakwah jenis ini adalah “keabadian”. Tulisan-tulisan kita bisa dibaca oleh banyak orang dan dengan mudah pula dapat tersebar. Berbeda dengan model dakwah dengan lisan yang mungkin aksesnya terbatas karena harus berada dalam satu forum. Tetapi semua masalah itu untuk zaman sekarang mungkin sudah dapat diatasi. Kemajuan teknologi seperti alat perekam, radio, internet dan lain sebagainya telah membantu dakwah dengan lisan dapat diakses dengan mudah pula.

Pada zaman Nabi, dakwah dengan tulisan pun sudah dilakukan Nabi. Beliau mengirimkan surat-surat yang berisi seruan untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah kepada raja-raja masa itu. Diantaranya adalah Raja Kisra (Persi), Raja Heraklius (Byzantium), Raja Mukaukis (Mesir), Raja Najasy (Habasyah).

Dakwah dengan lisan

Segala bentuk interaksi manusia membutuhkan alat untuk menyampaikan pikiran, inilah dan inilah fungsi lisan. Bentuknya bisa ceramah, pidato, lewat radio, rekaman, dan media lainnya. Dakwah dengan lisan juga dapat dilakukan kapan pun setiap ada interaksi antara satu dengan yang lain. Dakwah dengan lisan memang efektif apalagi jika bentuknya adalah dialog. Jika ada sesuatu yang perlu ditanyakan, akan dapat diutarakan dan mendapat tanggapan atau jawaban.
Selain itu, terkadang masyarakat umum cenderung lebih menyukai dakwah jenis ini karena biasanya dibarengi dengan hiburan-hiburan tertentu. Selain itu, biasanya masyarakat lebih suka untuk mendengar daripada membaca. Model dakwah jenis ini pun juga biasa dibawakan pada momen-momen tertentu, seperti pidato ceramah dalam acara pernikahan, khitanan, atau pidato-pidato memperingati hari besar.

Dakwah bil Hal

Dakwah model satu ini adalah dakwah yang berbentuk perbuatan secara nyata. Dakwah jenis ini juga mempunyai kelebihan tersendiri karena seorang da’i akan langsung memberikan contoh (teladan) kepada orang lain dan masyarakat. Mengajak berbuat baik kepada orang miskin adalah dengan contoh kongkrit yaitu kita terjun langsung untuk menyantuni mereka. Ini akan lebih efektif dibanding dengan hanya berkata-kata karena contoh kongkrit akan lebih membekas dan memberi pengaruh kuat daripada sekedar kata-kata.

Ketiga model dakwah diatas mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Hanya saja tergantung pada kondisi medan dakwah. Apabila memang dakwah dengan tulisan lebih cocok, maka digalakkan saja dakwah dengan tulisan tadi. Begitu pula dakwah model lainnya.

Nah, pidato merupakan bentuk dari model dakwah dengan lisan. Seorang da’i yang berdakwah dengan cara pidato diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Mengapa demikian, agar apa yang ia sampaikan itu tidak salah kaprah. Banyak kan sekarang muncul da’i-da’i karbitan, yang sebenarnya belum menguasai bidang keagamaan secara mendalam. Memang dakwah sebenarnya apa saja yang diketahui itu disebarkan ke masyarakat akan tetapi seorang da’i juga seharusnya mampu untuk memahami permasalahan yang ada dalam masyarakat sehingga kalau ia ditanya, ia akan menjawab atas dasar ilmu, bukan karena ia malu kalau tidak menjawab yang akhirnya jawabannya “ngawur” karena yang penting bisa menjawab.

Manusia itu memang tak ada yang sempurna, akan tetapi ia harus selalu dan selalu berusaha untuk menjadi sesempurna mungkin. Nah, komitmen yang harus dibangun bagi seorang da’i, ia harus selalu mencintai ilmu pengetahuan, haus pengetahuan, dan berusaha menguasai permasalahan seputar agama. Tujuannya ya biar kalau ditanya oleh masyarakat ia akan menjawab atas dasar ilmu. Nabi Muhammad SAW., pun sudah memperingatkan kepada kita, “Di antara tanda-tanda akan datangnya kiamat ialah dihilangkannya ilmu dan tetapnya kejahilan”. Nah, kita sebagai umat islam harus berhati-hati dan berusaha untuk menghindari kejahiliahan.

Metode-metode Pidato

Cara untuk menyampaikan pidato dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, pidato dapat disampaikan lewat media elektronik maupun media cetak sedangkan pidato secara langsung yaitu seseorang langsung berdiri di depan audiens dan menyampaikan pidatonya. Bentuk cara penyampaian materi pidato pun ada beberapa cara dan masing-masing mempunyai kelebihan sendiri-sendiri,
1. Menghafal. Dalam tekhnik ini, seseorang menyiapkan sebuah naskah sebelumnya dan menghafalnya. Kemudian menyampaikan apa yang telah ia hafal kepada publik.
2. Metode serta merta. Sesuai namanya, metode ini berusaha menyajikan pidato tanpa menghafalkan naskah. Pidato ini mengedepankan wawasan serta pengalaman orang yang menyampaikan.
3. Metode naskah. Metode ini berarti menyampaikan pidato sesuai dengan naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Metode-metode diatas satu dengan yang lain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dan mempunyai wilayah sendiri-sendiri. Memosisikan metode dengan jenis pidato sangat berpengaruh pada efektifitas pidato itu sendiri. Misalnya seseorang yang menyampaikan pidato jenis laporan, akan lebih baik menggunakan naskah karena menyangkut data-data laporan. Akan riskan sekali apabila ditengah-tengah penyampaian pidato terjadi kesalahan berupa kelupaan terhadap konten pidato.

Metode serta-merta misalnya, mempunyai kelebihan dalam hal komunikasi terhadap audiens dan oleh karena itu sangat cocok dalam pidato berupa sambutan ataupun dakwah. Gerak-gerik berpidato sangat berpengaruh terhadapa perhatian publik dan perhatian publik ini juga dipengaruhi oleh orang yang menyampaikan pidato itu sendiri. Membaca naskah akan membuat perhatian tertuju kepada naskah, maka perhatian penyampai pidato terhadap audiens akan disita.

Dalam kasus-kasus tertentu, metode gabungan sangat dianjurkan. Seperti pidato dakwah tetapi dalam bagian pidato itu perlu adanya pembacaan seperti puisi, syair, kutipan buku, dan lain sebagainya, maka catatan-cacatan proporsional perlu dibawakan dan dikemas dengan sebaik-baiknya serta disampaikan pada bagian-bagian yang diperlukan saat pidato.