Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengetahui Struktur dan Bagian-bagian Pidato Untuk Membuat Konten Pidato

Dalam artikel ini akan dijelaskan susunan pidato dan beberapa bagian yang menjadi penyusun pidato itu sendiri.
Mengetahui Struktur dan Bagian-bagian Pidato Untuk Membuat Konten Pidato / img obamawhitehouse.archives.gov

Struktur Pidato

Secara umum, tubuh pidato itu ada tiga: 1. Pembukaan, 2. Isi, 3. Penutup. Untuk masing-masing bagian dalam penyampaiannya mungkin ditemukan perbedaan-perbedaan tentang isi dan gaya. Hal ini ditentukan oleh jenis pidato itu sendiri.

1. Pembukaan

Pembukaan biasanya berisi salam pembuka, kemudian dilanjutkan dengan salam hormat kepada beberapa pihak. Sapa-menyapa dengan perkataan yang halus dan sopan. Menyebutkan beberapa tamu undangan istimewa yang hadir dan ada pula yang menambahkan beberapa lelucon untuk memecah ketegangan. Untuk yang satu ini tergantung pada jenis pidato yang disampaikan.  Misalnya, pidato dalam acara Hari Maulud Nabi SAW., yang diadakan di sebuah desa. Para tamu yang hadir adalah jajaran perangkat desa, tokoh keagamaan seperti kiai atau ustadz, tokoh sosial, tokoh pendidikan entah itu guru atau ustadz, dan warga desa. Ada pula yang menyebutkan kalimat singkat padat dan jelas sebagai garis besar materi pidato yang akan disampaikan.

2. Isi/Konten

Setelah orang tersebut selesai dengan pembukaan, maka selanjutnya adalah masuk pada wilayah inti materi pidato. Pada beberapa jenis pidato, untuk mengisi bagian awal ini, seseorang dapat membedah materi dengan beberapa pilihan:
a. Melontarkan pertanyaan kepada pendengar.
b. Memberikan pernyataan yang kontroversial dan menarik perhatian.
c. Menyampaikan kutipan yang mencakup materi pidato secara global. Sebelumnya telah kami sampaikan bahwa pada kasus-kasus tertentu, pidato diawali dengan kalimat singkat, padat, dan jelas sebagai haluan pidato selanjutnya, dalam kata lain berupa tema pidato.
Ada yang menyebutkan ayat-ayat suci al-Quran ataupun al-Hadis untuk memulai isi. Seperti ayat Wa’tashimu bi hablin min allahi wala tafarraqu” (Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai). (QS. Ali Imran: ayat 103) digunakan untuk memulai pidato  tentang acara perpisahan. Ayat Subhanallazi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil harami ilal masjidil aqsha allazi barakhana haulahu linuriyahu min ayatina. Innahu huwa assamiul bashir.( Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ). (QS. Al-Isra: ayat 1) digunakan untuk memulai pidato pada acara isra mi’raj.
d. Membuka pidato dengan anekdot-anekdot tertentu.
e. Iringi pidato anda dengan ungkapan-ungkapan syahdu. Pada beberapa bagian pidato, anda dapat mengisinya dengan do’a. Pidato yang mantap adalah pidato yang campur aduk. Maksudnya adalah tidak monoton hanya pada satu materi secara lurus sehingga ada materi tegas, lemah, harap, dan lain-lain. Anda dapat mengimbangi dengan beragam materi dan beragam model penyampaian. Anda dapat pula menambah do’a dalam pidato.

Konten pidato pada dasarnya mempunyai haluan-haluan tertentu untuk membatasi pembicaraan agar seseorang menghindari pembicaraan yang kurang fokus. Bagian awal penyampaian isi merupakan kesempatan yang paling menentukan bagi penyampai untuk membentuk, memberi tekanan, dan menjelaskan pada audens tema yang ia sampaikan. Setelah itu baru dilakukan penjabaran-penjabaran secara luas dan melebar. Perlu sekali diperhatikan, audiens akan melakukan penilaian yang menentukan pada bagian awal ini. Jika penyampai melakukan kesalahan-kesalahan tertentu, maka audiens akan merasa pidato yang disampaikan kurang menarik dan akhirnya mereka akan kurang perhatian pada materi selanjutnya.

Agar pembicaraan lebih efektif, dalam persiapan sebelumnya, mungkin perlu dibuat sebuah pemetaan tentang isi. Contoh kecil misalnya menyampaikan pidato tentang isra dan mi’raj. Maka poin-poin yang perlu disinggung adalah:
1. Cerita tentang isra-mi’raj. Seperti bagaimana Nabi Muhammad SAW., didatangi oleh malaikat, dibersihkan hatinya dan diberi hikmah, kemudian melakukan perjalanan pada malam hari dari masjidil haram ke masjid al-Aqsha, setelah itu menuju kelangit untuk menerima titah Allah SWT., dan seterusnya.
2. Setelah memaparkan cerita, materi selanjutnya adalah mengambil hikmah-hikmah dan beberapa perenungan yang ada pada cerita yang kemudian menjadi motivasi untuk lebih produktif dalam beramal baik, seperti shalat yang sebelumnya berjumlah 60 rakaat, karena Nabi SAW., meminta keringanan maka menjadi 5 rakaat saja. Maka seyogyanya kita sebagai umat Nabi SAW., harus menjaga ibadah shalat karena kita telah diberi keringanan dan kemurahan.
3. Memaparkan bagaimana realitas kehidupan sekarang. Seperti orang-orang zaman sekarang kurang semangat dalam mengerjakan shalat. Banyak orang beragama islam tetapi hanya sebatas kartu identitas dan tidak mengerjakan shalat. Beberapa masalah lain juga dapat disinggung, sejauh bagaimana seseorang mampu memahami permasalahan dan kaitannya dengan realitas lingkungan hidup.

Ketiga poin itu tidak mesti harus disampaikan satu-satu secara urut tetapi tergantung bagian materi itu sendiri. Seperti pada saat memberikan cerita, satu penggal poin cerita mungkin langsung dapat dijelaskan hikmah-hikmahnya dalam artian tidak melulu harus cerita dulu baru bagian-bagian lain. Beberapa poin diatas adalah hanya sebagai contoh kecil. Masih banyak lagi cara untuk membedah materi pidato dan itu tergantung dengan kemampuan kita. Kuncinya adalah terus-menerus belajar.

Perlu dicatat, bahwa pada beberapa pidato, perlu sekali memberikan variasi-variasi dalam penyampaian materi. Variasi yang kami maksud adalaha dalam penyampaiannya hendaklah ada beberapa lelucon pada saat-saat tertentu bertujuan agar pendengar tidak merasa jemu. Lelucon bisa berupa cerita dan lain sebagainya.

3. Bagian Penutup Pidato

Setelah usai menyampaikan materi pidato, pada bagian akhir ini, yang mungkin perlu disampaikan adalah kesimpulan tentang materi pidato. Sedikit poin-poin singkat tentang uraian materi akan sangat membantu audiens untuk menangkap inti dari pidato agar mengena dan terpatri dalam hati audiens.

Kesimpulan beberapa poin materi dapat anda susun sensiri secara secara kreatif. Intinya pendengar mampu mengingat kembali materi yang anda sampaikan dan mudah untuk mengingatnya. Dalam kasus dakwah misalnya, banyak orang yang mengatakan materi pidato yang disampaikan masuk telinga kanan keluar telinga kiri, artinya tidak masuk dalam hati dan langsung lupa. Ini merupakan suatu kerugian yang harus ditanggulangi.

Dalam bagian ini, anda dapat memberikan motivasi-motivasi tertentu untuk menyebarkan materi dakwah. Seperti Nabi SAW., bersabda “terkadang orang yang diberi lebih paham dari pada orang yang mendengar”. Ini menjadikan pidato anda bermanfaat jika materi yang anda sampaikan, juga disampaikan pendengar kepada orang lain. Memberi sentuhan kepada hati pendengar adalah hal yang efektif untuk menarik simpati dan membuat pendengar mengingat dan memperhatikan kata-kata anda. Anda dapat mengucapka “Hadirin sekalian, saya hanyalah manusia biasa, bukan nabi ataupun rasul. Maka wajar jika kata-kata yang saya ucapkan terkadang tidak dihirau. Nabi SAW., saja, manusia terbaik yang setiap saat ditemani oleh malaikat dan dijamin masuk surga, pada saat pertamakali dakwah kepada kaumnya juga tidak digubris bahkan dilawan, dicacimaki, bahkan dilempari dari batu. Apalagi saya hanya orang biasa yang banyak salah dan punya dosa yang menumpuk?.”

Selanjutya adalah ucapan maaf dan kemudian salam penutup. Kesalahan-kesalahan dalam setiap hal adalah sesuatu yang mungkin terjadi, termasuk dalam penyamaian pidato. Penting dicatat dalam beberapa materi pidato mungkin ada beberapa pernyataan yang menyinggung pihak-pihak tertentu. Adakalanya kesalahan yang dilakukan adalah kesengajaan atau mungkin tanpa unsur kesengajaan. Memohon maaf pada bagian akhir ini dapat menetralisir kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan akhirnya mempertahankan rasa simpatik dari audiens juga sebagai tujuan dari penutup ini.