Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Antara Sab'atu Ahruf (Tujuh Huruf) dan Qiraah Sab'ah (Tujuh Bacaan)

Dalam hal ilmu al-Quran atau ilmu tafsir, mungkin ada beberap orang yang masih bingung dalam membedakan antara Sab'atu Ahruf (Tujuh Huruf) dan Qiraah Sab'ah (Tujuh Bacaan). Bahkan beberapa orang mungkin menganggap keduanya sama.

Tentu saja jika kita menganggapnya keduanya sama maka hal ini adalah sesuatu yang keliru, karena keduanya adalah dua hal yang berbeda. Pada tulisan kali ini kita akan membahas perbedaan dari keduanya.

Asal Usul Sab'atu Ahruf (Tujuh Huruf) dan Qiraah Sab'ah (Tujuh Bacaan)

Cara termudah untuk memahami perbedaan antara Sab'atu Ahruf (Tujuh Huruf) dan Qiraah Sab'ah (Tujuh Bacaan) adalah dengan cara mencari asal usul dari dua istilah tersebut. Termasuk memahami definisi dan sejarah kenapa muncul dua istilah ini.
Perbedaan Antara Sab'atu Ahruf (Tujuh Huruf) dan Qiraah Sab'ah (Tujuh Bacaan)

Penjelasan dan Asal Usul dari Sab'atu Ahruf (Tujuh Huruf)

Istilah dari sab'atu ahruf atau tujuh huruf sebenarnya berasal dari beberapa hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad. Adapun di antara hadis-hadis tersebut adalah:

Hadis Riwayat Ibnu Mas'ud Ra:
 أن رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قال كان الكتاب الأوّل نزل من باب واحد وعلى حرف واحد، ونزل القرآن من سبعة أبواب وعلى سبعة أحرف
Bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: Kitab pertama diturunkan dari satu pintu dan atas satu huruf. Dan al-Quran diturunkan dari tujuh pintu dan atas tujuh huruf (Sab'atu ahruf).

Hadis riwayat Ubay bin Ka'b Ra:
لقي رسول الله صلى الله عليه وسلم جبريل فقال : يا جبريل إني بعثت إلى أمة أمية منهم العجوز والشيخ الكبير والغلام والجارية والرجل الذي لا يقرأ كتابا قط فقال لي يا محمد إن القرآن أنزل على سبعة أحرف
Rasulullah Saw. bertemu dengan Jibril, lalu berkata: Wahai Jibril, aku diutus kepada umat yang buta. Di antara mereka ada orang lemah, sangat tua, anak muda, laki-laki dewasa yang tidak membaca kitab sama sekali. Lalu Jibril berkata kepada ku. Wahai Muhammad, sesungguhnya al-Quran diturunkan atas tujuh huruf.

Berdasarkan istilah sab'atu ahruf dalam hadis-hadis di atas, para ulama berbeda pendapat mengenai maknanya. Perbedaannya tidak hanya dua tiga saja, bahkan Abu Hatim bin Hibban al-Sabti merangkum perbedannya ada 35 pendapat yang berbeda. Adapun perbedaan pendapat tersebut di antaranya adalah:

Pendapat Ulama Jumhur

Jumhur ulama atau mayoritas ulama. Disini antara lain adalah Imam Thabari, Ibnu Uyaynah, Sufyan, Thahawi, Ibnu Wahab. Mereka mengatakan bahwa makna Sabatu Ahruf dalam hadis di atas adalah:
 أن المراد سبعة أوجه في المعاني المتقاربة بألفاظ مختلفة نحو أقبل وتعال وهلم
yang dimaksud adalah tujuh jenis dalam makna yang berdekatan pada lafadz-lafadz yang berbeda. Seperti  أقبل وتعال وهلم artinya sama, namun lafadz berbeda, yaitu kemarilah.

Pendapat Lain:

1. Sab'atu Ahruf Berarti Tujuh Bahasa

Pendapat ini menyebutkan bahwa al-Quran mengandung 7 bahasa berbeda, yang semuanya termasuk dalam bahasa Arab.

2. Sab'atu Ahruf Berarti Perbedaan Kata

Maksudnya adalah kata-kata dalam al-Quran terdapat perbedaan dalam beragam segi, namun secara tulisan mushaf tetap satu model. Perbedaan tersebut mencakup bentuk tunggal, jamak, i'rab, tasrif, takdim ta'khir dan lain sebagainya. Contohnya adalah:  {وَالَّذِينَ هُمْ لِأَماناتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ راعُونَ} [المؤمنون: 8] kata amanatihim dalam bacaan lain dibaca mufrad atau tunggal لأمانتهم.

Penjelasan dan Asal Usul dari Qiraah Sab'ah (Tujuh Bacaan)

Al-Quran dibaca berdasarkan ajaran dari Nabi Muhammad Saw. Bacaan nabi ini ditransferkan kepada para sahabat. Konon nabi Muhammad Saw. membacakan al-Quran kepada para sahabat dengan bacaan yang berbeda-beda, baik dalam segi pelafalan, bacaan panjang dan pendek, juga dalam segi i'rab.

Dalam aturannya, cara bacaan al-Quran dinukil dari nabi dengan cara pengambilan dari orang-orang yang kuat hafalan dan bisa dipercaya atau dalam istilahnya disebut orang tsiqah. Al-Quran dengan bacaannya yang beragam sejak awal ini diajarkan turun-temurun, sehingga wajar jika terjadi perbedaan dalam bacaan.

Dari sinilah muncul para imam dengan kapasitasnya sebagai orang alim dalam qiraat al-Quran, dimana mereka mengambil bacaan qiraat tersebut dari guru-gurunya sehingga bersambung kepada nabi.

Karena dalam perkembangannya banyak sekali model bacaan, maka disusunlah aturan mengenai qiraat yang terhitung sebagai qiraat yang benar. Sebuah qiraat bisa diterima jika memenuhi tiga syarat, 1. Sesuai Mushaf Usmani, 2. Sesuai Kaidah bahasa Arab, dan 3. Benar sanadnya, dimana ia mengambil secara sambung-menyambung dari guru pakar terpercaya hingga sampai kepada nabi.

Dari syarat ini, muncul jumlah qiraat yang diakui secara mayoritas, yang jumlahnya ada 7. Kemudian ada juga istilah qiraah asyrah yang jumlahnya ada 10.

Kesimpulan Perbedaan Antara Sab'atu Ahruf (Tujuh Huruf) dan Qiraah Sab'ah (Tujuh Bacaan)

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa sab'atu ahruf adalah istilah yang disandarkan dari hadis nabi mengenai turunnya al-Quran, dan sab'atu ahruf adalah model bacaan al-Quran yang disandarkan kepada imam-imam tertentu.