Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendekatan-Pendekatan Tafsir Modern Kontemporer

Pendekatan Tafsir Modern Kontemporer / superprof.ca
Sebelum kita mengulas tentang Pendekatan-Pendekatan Tafsir Modern Kontemporer, maka agar bisa mendapatkan pemahaman makna yang mendalam maka hendaknya kita terlebih dahulu memahami tentang pengertian pendekatan itu sendiri. Dalam hal ini kangdidik.com mengulas arti dari pendekatan dan penjelasan tentang pendekatan tafsir modern kontemporer sebagaimana kajian berikut ini.

Pengertian Pendekatan

Pendekatan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah approach, secara umum berarti cara  umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian. Bisa diibaratkan dengan memandang objek menggunakan kaca mata merah maka semua akan tampak kemerah-merahan.

Istilah pendekatan ini merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Sebuah pendekatan akan selalu memiliki kaitan dengan tujuan, metode dan teknik. Hal ini dikarenakan bahwa sebuah teknik yang bersifat implementasional selalu berkaitan dengan metode yang digunakan. Sementara metode sebagai rencana yang menyeluruh tentang penyajian materi dalam penelitian selalu didasarkan dengan pendekatan, dan pendekatan merujuk kepada tujuan yang telah diterapkan sebelumnya.

Dari uraian itu kita bisa menjelaskan bahwa pendekatan adalah cara pandang terhadap sebuah objek penelitian, dimana dengan sisi pandang itu maka hasil penelitian pun akan sesuai dengan corak dari pendekatan itu sendiri.

Ragam Pendekatan Tafsir Modern Kontemporer 

Banyak sekali pendekatan tafsir modern dan kontemporer, dimana pendekatan ini muncul dari adanya ilmu-ilmu yang diterapkan kepada penelitian tafsir al-Quran. Beberapa pendekatan tafsir modern kontemporer itu adalah sebagaimana berikut:

1. Pendekatan Ilmiah Saintifik

Pendekatan Ilmiah atau Saintifik adalah suatu pendekatan dalam tafsir al-Quran, dimana dalam memahami dan mengungkapkan makna ayat-ayat al-Qur’an digunakanlah istilah-istilah ilmiah sehingga bisa memunculkan berbagai ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Pendekatan ini muncil dikarenakan teori yang mengatakan bahwa di dalam al-Quran tersimpan segala macam ilmu termasuk ilmu-ilmu modern yang ditemukan manusia saat ini. Dan al-Quran akan terus seperti itu hingga hari kiamat. Dengan demikian, al-Quran pun bisa didekati dengan pendekatan ilmiah saintifik.

Husain al-Zahabiy menyebutkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan dalam menjelaskan al-Quran dan memahami al-Qur’an dengan mengukuhkan istilah-istilah yang terkandung di dalam perumpamaan-perumpamaan ayat al-Qur’an hingga akhirnya melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Tafsir dengan pendekatan ilmiah saintifik ini menjadikan penafsir ketika memahami ayat-ayat Al-Quran cenderung menyelaraskan antara teori ilmiah atau aspek metafisika alam dengan ayat Al-Quran. Al-Quran yang bersifat universal dengan arti akan selalu relevan dengan zaman telah memberikan gambaran yang banyak tentang fenomena alam semesta, yang ternyata setelah dicocokkan dengan teori ilmu pengetahuan sangatlah sesuai. Meskipun demikian ada pro dan kontra dalam pendekatan ini, dimana satu pihak mengatakan hendaknya tafsir modern ilmiah ini tidak dianggap sebagai tafsir, namun seharusnya dianggap sebagai keterangan penguat tafsir karena jika teori ilmiah itu terjadi revisi dikarenakan ada teori yang baru, maka dikhawatirkan hal itu berdampak pada kebenaran al-Quran.

2. Pendekatan Semantik

Pendekatan semantik dalam kajian tafsir al-Quran merupakan pendekatan yang bisa dibilang ramai dibicarakan saat ini. Pendekatan ini banyak diungkap oleh Tosihiko Izutsu, seorang pakar bahasa dari Jepang. Bagi Tosihiko, dalam sebuah kata dari sebuah bahasa terdapat makna dasar dan makna relasional untuk memahami sebuah arti kata dalam bahasa itu.

Adapun makna dasar menurut Izutsu, adalah sesuatu yang melekat pada arti kata itu sendiri dan selalu terbawa dimanapun kata itu diletakkan. Sementara makna relasional adalah makna konotatif yang diberikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan sesuatu itu pada posisi khusus, berada pada relasi yang berbeda dengan semua kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut. Makna relasional ini terjadi ketika sebuah kata dikaitkan dengan kata yang lain.

Semantik sendiri didefinisikan sebagai bidang studi dalam linguistic yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa : fonologi, gramatika, dan semantik’.

Dalam penelitian tentang makna dari sebuah kata, makna-makna biasanya mempunyai hubungan dengan makna dari kata-kata dan kalimat-kalimat yang lain. Makna kata juga sangat tergantung dengan makna pada kata atau kalimat yang ada. Misalnya saja dalam memahami kata kafir yang secara penggunaannya mempunyai dua makna ketika dihadapkan dengan kata yang berbeda.

Kata kafir ketika berhadapan dengan kata syakir, ‘seseorang yang berterima kasih’, maka kata kafir tersebut bermakna ingkar terhadap nikmat Tuhan.Namun jika kata kafir dalam suatu kalimat dihadapkan dengan kata mu’min, maka makna yang diperoleh mengarah pada kafir teologis atau mengarah pada mengingkari keesaan Tuhan.

Pendekatan semantik ini bermanfaat untuk mencari makna kata al-Quran secara lebih mendalam dan spesifik sehingga menjadikan kesalahan dalam memahami kata-kata al-Quran pun semakin bisa diminimalisir.

3. Pendekatan Hermeneutika

Hermenutika sebenarnya merupakan metode yang digunakan untuk memahami bible dan menguji keotentikan kitab itu. Karena ada kesamaan dalam objek, yaitu kitab dengan isi dan uraian menggunakan bahasa, maka beberapa sarjana menggunakan pendekatan hermenutika untuk digunakan dalam objek tafsir al-Quran. 

Banyak para pengkaji dan pemikir semisal Arkoun, Hasan Hanafi, Farid Esack dan Nasr Hamid Abu Zaid, dimana mereka melakukan interpretasi atau penafsiran terhadap al-Quran dengan menggunakan metode serta pendekatan hermenutik. Sebenarnya pendekatan hermeneutika tidaklah berdiri sendiri secara mandiri, namun dalam menafsirkan Al-Quran selain menggunakan tinjauan keilmuan klasik seperti ilmu nahwu sharaf, ushul fiqh dan balaghah, tetapi diperlukan ilmu-ilmu lain seperti teori sosiologi, antropologi, filsafat ilmu, sejarah, gender, dan sebagainya.

4. Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial

Permasalahan sosial semisal kesenjangan sosial, menjadikan para peneliti terdorong untuk menelaah al-Quran dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Sebenarnya pendekatan ini bisa dibilang tidak terlalu baru karena pendekatan ini sudah dikenal di awal abad modern yang lalu. Namun pendekatan ini seakan relevan karena permasalahan sosial pun semakin hari semakin berkembang.


Persentuhan dengan peradaban barat disebut-sebut sebagai stimulus lahirnya pendekatan ini dalam dunia Islam. Kemampuan para penafsir kontemporer dalam memahami ilmu-ilmu sosial, dijadikan modal untuk memahami gejala-gejala keagamaan yang sejauh ini hanya didasarkan pada ilmu-ilmu agama. Mereka tampaknya sangat menyadari bahwa ilmu sosial yang berasal dari Barat itu sangat penting untuk memahami (mengkritik) gejala (agama) yang ada dalam dunia Islam selama ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa muncul beberapa tafsir dengan corak adabi ijtimai dikarenakan para mufassir mendekati al-Quran dengan pendekatan sosial kemasyarakatan.

5. Pendekatan Semangat Pembebasan

Pendekatan tafsir modern kontemporer dengan semangat pembebasan dilandasi atas pemahaman bahwa al-Quran merupakan kitab yang membawa misi kesetaraan dalam kehidupan manusia. Hal ini pun mengarah pada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, juga pandangan bahwa tidak ada manusia yang lebih baik dari pada yang lain kecuali dalam hal manfaat, peran dan kebaikannya.

Oleh karenanya, muncullah pendekatan feminisme atau gender sebagai salah satu pendekatan dengan semangat pembebasan dalam tafsir modern kontemprorer. Hal ini karena ada masalah sosial dimana gender tertentu, sebut saja laki-laki dipandang lebih unggul daripada perempuan sehingga muncul fenomena sosial berupa kesewenang-wenangan dari laki-laki pada perempuan.

Pendekatan tafsir modern kontemporer dengan pendekatan gender ini mengusung tujuan perjuangan feminisme pada umumnya untuk mencapai kesetaraan, harkat dan kebebasan perempuan dalam memilih untuk mengelola kehidupan tubuhnya, baik di luar maupun di dalam rumah tangga.

Nighat Said Khan dan Kamla Bashin, dua feminis asal India, mengatakan bahwa sebenarnya gerakan feminis tidak hanya bertujuan memperjuangkan persamaan laki-laki dan perempuan, mela-inkan juga membangun tatanan masyarakat yang adil dan baik bagi perempuan maupun laki-laki, bebas dari pengisapan dan pengko-takan berdasarkan kelas, kasta, dan prasangka jenis kelamin.

Para pengusung pendekatan feminisme mencurigai bahwa tafsir klasik lebih cenderung menyudutkan kaum perempuan dikarenakan dominasi tafsir yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Pendekatan ini lebih cenderung berkonsentrasi pada pencaraian sebab lahirnya kesenjangan di atas yang umumnya merajalela di tafsir klasik sendiri. Hal ini pun membuat para pengusung feminisme untuk mendorong dilakukannya pembacaan ulang al-Quran berdasarkan pada semangat dan tujuan keadilan dan kesetaraan.

6. Pendekatan Pluralisme Agama

Isu pluralisme agama muncul dikarenakan adanya kekerasan dalam kelompok yang mengatasnamakan agama, sehingga munculnya serangkaian kekerasan ini mengakibatkan beberapa peneliti untuk meneleliti al-Quran dengan pendekatan agama-agama. Hal ini karena al-Quran dianggap sebagai kitab pembawa kebaikan dan perdamaian serta keadilan, namun karena beberapa orang salah memahami sehingga malah menimbulkan situasi permusuhan karena sentimen keagamaan.

Inti dari pendekatan pluralisme agama sebenarnya bukan diartikan sebagai penyetaraan semua agama, melainkan bagaimana keberagaman yang semakin berkembang ini tetap bisa menciptakan kehidupan yang harmonis dalam bangsa dan negara.Oleh karena itu pendekatan dalam pluralisme agama bukan eklesiosentris, kristosentris atau teosentris melainkan soterosentris (berpusat pada keselamatan) yang didasarkan pada dasar yang sama, yaitu tanggung jawab global terhadap kesejahteraan manusia dan lingkungan.

Yang menjadi inti permasalahan yang hendak dipecahkan dengan pendekatan pluralisme agama adalah masalah kesejahteraan manusia dan lingkungannya. Dengan pendekatan ini, ayat al-Quran yang biasa ditafsirkan dengan berisi membedakan atau mengaggap eksklusif ajaran agama Islam dan menyalahkan agama selain Islam, dipahami dan ditafsirkan ulang dengan asumsi dan paradigma yang lebih menonjolkan semangat kebersamaan dan hidup dengan sejahtera dan bersama-sama. Tujuannya pun adalah agar tujuan hidup penuh damai bisa digapai bersama dan kekerasaan atas nama agama bisa lenyap dalam kehidupan bermasyarakat.