Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puasa Sunnah Dalam Islam Apa Saja?

Puasa Sunnah Dalam Islam Apa Saja? Dalam agama Islam ada beberapa jenis puasa yang dibagi menjadi puasa wajib, puasa sunnah, puasa makru dan juga puasa yang haram.

Jenis-jenis puasa ini penting untuk diketahui agar seseorang bisa mendapatkan pahala puasa karena beribadah itu perlu dilakukan dengan ilmunya.

Pada kesempatan ini kita akan membahas tentang Puasa Sunnah Dalam Islam Apa Saja?

Puasa Dalam Islam

Puasa merupakan ibadah yang telah dilakukan oleh para nabi dan umat Islam pada zaman sebelum Rasulullah Saw. Bahkan Rasulullah Saw. sendiri sebelum mendapatkan wahyu sudah berpuasa, seperti yang beliau lakukan di gua Hira saat tahannuts atau mengasingkan diri.

Puasa dalam tinjauan bahasa berarti menahan (al-imsak), sedangkan pengertian puasa sendiri adalah ibadah yang dimulai dengan niat dan menahan dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa seperti makan, minum dan lainnya sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari.

Puasa memiliki keutamaan tersendiri dan pahala yang besar. Allah swt. misalnya menyebutkan bahwa pahala puasa itu tak disebutkan kadarnya, melainkan disebutkan bahwa puasa itu adalah untuk Allah dan Allah-lah yang akan membalasnya. Hal ini menunjukkan betapa puasa merupakan ibadah yang istimewa.

Ada banyak sekali hikmah dari puasa, baik hikmah yang berkaitan dengan agama maupun hikmah dalam hal medis. Jadi puasa tidak hanya menjadikan seseorang mendapatkan pahala tetapi juga mendapatkan keutamaan-keutamaan yang didapat di dunia.

Apa Saja Puasa Sunnah Dalam Islam?

Perlu diketahui bahwa hukum puasa dalam Islam ada bermacam-macam. Adakalanya puasa itu wajib seperti puasa Ramadhan, puasa yang dihukumi Sunnah sebagaimana yang akan kita bahas berikut ini, puasa yang makruh karena dilaksanakan secara terus-menerus, dan puasa haram yang dilaksanakan pada hari raya misalnya.

Berikut ini kita akan membahas tentang jenis-jenis puasa sunnah dalam Islam sebagaimana berikut:

1. Puasa Arafah

Arafah merupakan salah satu tempat mulia yang ada di kota suci Mekah tempat orang melaksanakan wukuf saat haji. Adapun puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang dikerjakan pada hari kesembilan pada bulan Dzulhijjah bagi orang-orang yang tidak melaksanakan ibadah haji.

Adapun dalil dari puasa Arafah ini bisa kita lihat dari hadist Rasulullah saw. sebagaimana berikut:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Para ulama pun banyak menyebutkan bahwa puasa Arafah merupakan puasa Sunnah yang paling utama dalam Islam. Puasa ini diperuntukan bagi orang-orang yang sedang tidak melaksanakan ibadah haji. Kalau orang sedang melaksanakan ibadah haji, menurut Imam Syafii, hendaknya mereka lbih baik meninggalkan puasa Arafah agar mereka kuat dalam menjalankan ibadah dan rangkaian ibadah haji di Arafah. 

Meskipun demikian, jika seseorang yang berhaji tetap menginginkan untuk berpuasa, maka hukumnya adalah boleh. Namun yang perlu diutamakan adalah kekuatan saat melaksanakan ibadah haji. 

Seseorang bisa menjalankan puasa Arafah dengan membaca niat sebagaimana berikut ini:

نويت صوم عرفة سنة لله تعالى

Nawaitu shauma ‘arafah sunnatallillah

“Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”

2. Puasa Pada Sembilan Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah merupakan termasuk bulan yang utama dalam Islam. Pada bulan itu umat Islam dianjurkan untuk banyak beribadah seperti beristighfar, berdoa, bersedekah, dan tentu saja yang termasuk utama adalah berpuasa. 

Orang yang berpuasa pada sehari di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah itu mendapatkan pahala bagaikan puasa selama satu tahun. Dan qiyamullail atau beribadah pada malam hari pada hari-hari tersebut diumpamakan seperti qiyamullail selama satu tahun. 

Namun perlu kita ketahui bahwa 9 hari pada bulan Dzulhijjah itu puasanya berbeda-beda. Dengan demikian niatnya pun berbeda-beda. Pada tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah, disunnahkan puasa Dzulhijjah. Pada tanggal 8 Dzulhijjah disunnahkan puasa tarwiyah dan pada tanggal 9 itu adalah puasa Arafah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Dan berikut ini adalah bacaan niat dari puasa-puasa tersebut:

a. Niat puasa sunah pada tanggal 1-7 Dzulhijjah

نويت صوم شهر ذى الحجة سنة لله تعالى

Bacaan latin: Nawaitu shauma syahri Dzilhijjati sunnatan lillahi ta’ala

Artinya: Saya niat berpuasa sunnah di bulan Dzulhijjah karena Allah Taala.

b. Niat puasa sunah tanggal 8 Dzulhijjah atau puasa tarwiyah

نويت صوم التروية سنة لله تعالى

Bacaan latinnya: Nawaitu shaumal tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala.

Artinya: Saya niat berpuasa sunah Tarwiyah karena Allah SWT.

c. Bacaan niat puasa sunnah Arafah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati yauma Arafah lillahi ta‘ala.

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Arafah pada esok hari karena Allah SWT.

Anda pun bisa membaca niat sebagaimana pada keterangan puasa Arafah nomor 1 sebelumnya.

3. Puasa Sunnah Tasu’a

Puasa Tasu’a merupakan puasa sunnah yang banyak dilaksanakan oleh Umat Islam. Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram. Puasa Tasu’a dikerjakan untuk mengiringi puasa pada hari berikutnya yaitu pada tanggal 10 Muharram.

Adapun kisah tentang puasa Sunnah Tasu’a yang ada dalam Islam ini dapat kita lihat pada riwayat Rasulullah, dimana suatu ketika beliau memerintahkan orang-orang Muslim untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Lalu para sahabat aad yang mengatakan kepada beliau bahwa tanggal 10 Muharram itu merupakan hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.

Rasulullah Saw. pun bersabda, bahwa jika datang tahun depan insyaAllah kita akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram. Yang artinya puasa menjadi 2 hari, yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram untuk membedakan antara orang muslim dan orang Yahudi Nasrani.

Berdasarkan keterangan dari Ibnu Abbas, Nabi Saw. wafat sebelum bisa melaksanakan puasa tahun depannya. Sehingga umat Muslim pun tetap melaksanakan puasa sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw.

4. Puasa Sunnah Asyura (10 Muharram)

Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, bahwa 10 Muharram adalah puasa yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. dengan didahului dengna puasa pada tanggal 9 Muharram. Para ulama menganjurkan untuk menjalankan puasa dua hari tersebut secara berurutan. Artinya hendaknya kedua hari tersebut dilaksanakan sebagai hari untuk berpuasa.

Puasa Sunnah Asyura merupakan puasa yang memiliki keutamaan yang besar. Bahwa puasa sunnah Muharram itu merupakan puasa yang seutama-utamanya puasa setelah puasa Ramadhan. Abu Hurairah Ra. meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah Saw. bersabda yang artinya:

“Seutama-utama ibadah puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shalat malam.” (HR. Muslim).

5. Puasa Sunnah Bulan Syawal

Puasa pada bulan syawal merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan oleh umat Islam pada enam hari di bulan Syawal. Bulan Syawal sendiri merupakan bulan dimana umat Islam merayakan hari Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal. Puasa Sunnah Syawal bisa dilakukan secara berturut-turut tanpa terpisah hari, juga bisa dilaksanakan secara terpisah. Misalnya pada tanggal 8, 10, 13, dan seterusnya.

Meskipun demikian ada pula yang berpendapat bahwa melaksanakan puasa Sunanh bulan Syawal itu hendaknya dilaksanakan segera dan berurutan karena itu berarti tidak menunda-nunda kebaikan. 

6. Puasa Sunnah Hari Senin dan Kamis

Puasa sunnah yang termasuk populer dan banyak dilaksanakan oleh Umat Islam adala puasa Sunnah Senin-Kamis. Puasa Sunnah Senin Kamis ini pun merupakan puasa yang menjadi ibadah rutin Rasulullah Saw. 

Banyak sekali keutamaan puasa sunnah Senin Kamis. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. banyak melaksanakan puasa sunnah Senin Kamis. Dan ketika ditanyakan alasannya, Rasulullah Saw. pun menjelaskan bahwa amal perbuatan manusia itu dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis. Maka Allah akan mengampuni dosa setiap orang muslim atau setiap orang mukmin kecuali orang yang bermusuhan. 

Dalam hadis lain Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa:

“Segala amal perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat, karena itu aku senang ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Tirmidzi)

7. Puasa Daud

Puasa daud juga merupakan puasa sunah dalam Islam yang cukup banyak dilaksanakan oleh umat Islam. Puasa ini disebut sebagai puasa Daud karena memang jenis puasa ini dulu dilaksanakan oleh nabi Daud as.

Adapun puasa sunah Dawud sendiri adalah puasa sunnah yang dikerjakan secara selang-seling. Artinya dalam sehari seseorang berpuasa dan sehari berikutnya berbuka (tidak berpuasa).

Dalil dari disyariatkannya puasa sunah Daud dalam Islam ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru radhialahu ‘anhu, Rasulullah holallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda:

“Maka berpuasalah kamusehari dan berbuka (tidak berpuasa) sehari. Inilah (yang disebut) puasa Daud ‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling utama. Lalu aku (Abdullah bin Amr) berkata, sesungguhnya aku mampu untuk berpuasa lebih dari itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang lebih afdhal (utama) dari itu (puasa sunah Dawud). ” (HR. Bukhari).

8. Puasa Sunah Sya’ban

Puasa sunnah lainnya yang dianjurkan oleh Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam adalah puasa Sunah di bulan Sya’ban. Adapun dalilnya adalah sebagaimana hadis yang berasal dari Siti Aisyah Radiallahu Anhu beliau berkata:

“Adalah Rasulullah saw melaksanakna sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka (tidak berpuasa) sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali (puasa pada bulan) Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari).

9. Puasa 3 Hari pada Pertengahan Bulan (Ayyamul Bidh)

Setiap tiga hari pada tengah bulan hijriyah, umat Islam disunahkan untuk menjalankan puasa. Adapun puasa ini dikenal dengan nama puasa Ayyamul Bidh (أيام البيض) yang artinya adalah hari-hari putih. Disebut dengan hari putih karena pada saat itu, bulan sedang tampak sempurna atau purnama.

Adapun pelaksanaanya puasa sunnah ayyamul bidh adalah di 3 hari setiap pertengahan bulan, yaitu tanggal 13,14, dan 15. Dalil puasa Ayyamul Bidh bisa kita lihat dari sebuah hadist dari Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, beliau bersabda:

“Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah.” (HR. Ahmad).

11. Puasa bagi Pemuda yang Belum Menikah

Puasa sunah dalam Islam adakalanya dilaksanakan pada hari-hari yang tak menentu karena ada tujuan tertentu. Salah satunya adalah puasa sunnah yang dilaksanakan oleh para pemuda yang belum menikah dalam rangka menjaga diri untuk bisa menahan nafsu.

Menikah adalah urusan yang bisa menjadi sulit bagi sebagian pemuda saat mereka belum mampu untuk menikah. Mengenai hal ini, puasa sunah bisa dilaksanakan dengan waktu kapan saja kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa. 

Puasa sunah ini dianjurkan oleh Rasulullah Saw. sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW:

“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah segera menikah, karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah shaum karena shaum akan menjadi perisai baginya.” (HR. Bukhari).

12. Puasa Sunnah Mutlak

Puasa sunnah yang terakhir dalam Islam adalah puasa sunnah mutlak. Puasa sunnah ini dilaksanakan pada hari yang tak tertentu kecuali pada hari yang diharamkan berpuasa. Puasa Sunnah ini banyak dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. seperti saat beliau bertahannuts atau menyepi ke gua Hira. 

Rasulullah Saw. sering ke gua Hira dan berpuasa. Adakalanya beliau menanyakan apakah ada makanan kepada siti Khadijah. Jika tidak ada, maka beliau pun melanjutkan berpuasa. Jadi puasa sunnah bisa dilaksanakan niatnya saat matahari terbit hingga waktu dhuha. Dengan syarat sebelumnya tidak makan dan minum atau melakukan hal yang bisa membatalkan puasa. Wallahua’lam.

Kesimpulan Tentang Puasa Sunah Dalam Islam Apa Saja

Berdasarkan uraian di atas kita bisa menyimpulkan bahwa puasa-puasa Sunnah dalam Islam itu ada 12. Yaitu Puasa Arafah, Puasa Dzulhijjah, Puasa Tasu’a, Puasa Asyura, Puasa Syawal, Puasa Senin Kamis, Puasa Dawud, Puasa Sya’ban, Puasa Ayyamul Bidh (Hari-hari Terang), Puasa mengekang syahwat, dan puasa Sunnah Mutlak.