Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Siapakah Ibnu Khaldun Itu? Biografi Ibnu Khaldun

Siapakah Ibnu Khaldun?

Dikenal sebagai sejarawan, sosiolog, filsuf, politisi, dan negarawan yang pakar dalam setiap bidang tersebut, Ibn Khaldun (1332-1406) adalah seorang ulama yang memiliki pengaruh besar pada abad ke 14.

Pemikirannya sangat berpengaruh bagi generasi berikutnya dengan hadirnya karya terkenalnya yaitu Muqaddimah Ibnu Khaldun.

Karyanay tersebut merupakan salah satu karya Islam yang paling penting yang memberikan sumbangsih besar bagi ilmu pengetahuan dunia.

Upaya mengubah peradaban yang merupakan produk dari kemauan manusia menjadi subjek ilmu yang mandiri yang menjadi pemikiran orisinal Ibnu Khaldun.

Ibnu Khaldun hidup sebagai seorang sosiolog yang hidup dalam masyarakat multi-agama, multikultural dan multi-peradaban.

Saat itu agama Islam di bagian barat memiliki wilayah yang sangat luas mulai dari Andalusia hingga Maroko, dari Mesir hingga Suriah.

Dengan kemajemukan budaya dan peradaban dunia Islam yang mengalami masa kejayaan itu, Ibnu Khaldun berhasil menjelaskan tentang peradaban dan hubungan antara peradaban dengan dinamika internal dan eksternal yang didasarkan pada perubahan dan konflik.

Biografi Ibnu Khaldun

Nama lengkap Ibn Khaldun adalah Abu Zaid Waliyyüddîn Abdurrahman b. Muhammad b. Muhammad b. Mahammad b. Hasan al-Hadramî al-Maghribî at-Tûnisî.

Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H. (27 Mei 1332). Ibn Khaldun menggunakan nisbat namanya pada Hadrami sebagaimana disebutkan dalam karya Muqaddimah miliknya karena dia berasal dari keluarga dari wilayah Hadramut Yaman, dan Tûnisî karena beliau lahir di Tunisia dan tinggal di Afrika Utara.

Nenek moyang Ibn Khaldun datang ke daerah utara selama penaklukan Andalusia dan menetap di kota Karmûne (Carmona).

Ibnu Khaldun banyak mengambil pelajaran tentang bahasa dan sastra Arab dari para ulama seperti Jâbir al-Wadiasyi, Muhammad b. Abdullah al-Jayyânî, İbn Abdüssalâm al-Hawwari, Muhammad al-Kasîr dan Muhammad.

Selain itu Ibnu Khalndun juga belajar Fiqh dari para ulama seperti Sülayman as-Satti. Juga belajar Hadis dan sekarah dari Abu Muhammad Abdülmühaymin al-Hadramî. Belajar Qiraat dari Ahmad az-Zawawi juga belajar beragam ilmu lainnya.

Ibnu Khaldun sempat mencari ilmu pengetahuan di berbagai tingkat negara bagian di Tunisia, Maroko dan Andalusia. Ibn Khaldun juga mendapat manfaat dari banyak ulama sambil memajukan studi ilmiahnya di perpustakaan.

Ibn Khaldun juga berkesempatan mengamati suku-suku nomaden Arab secara dekat pada banyak waktu. Misalnya ia pernah tinggal bersama suku Bani Arif hingga dirinya pun mulai menulis sejarah suku tersebut dengan karya berjudul al-ʿİbar.

Ibn Khaldun menghabiskan dua puluh tahun pertama hidupnya di Tunisia, dua puluh enam tahun di Aljazair, Maroko dan Andalusia, empat tahun di Tunisia lagi, dan dua puluh empat tahun terakhir di Kairo.

Karena banyak mengelana dan mencari ilmu pengetahuan, Ibn Khaldun pun mendapatkan pendidikan yang baik dan sangat tertarik pada ilmu pengetahuan.

Kehidupan intelektual Ibn Khaldun sudah ia tekuni sejak usia muda. Selain itu Ibn Khaldun pun juga berkarir sebagai politikus dalam bidang administrasi dinasti Merînî, Hafsî dan Abdülwâdî.

Di sisi lain, Ibn Khaldun sangat mengenal kehidupan suku Badui secara dekat dengan sering melakukan perjalanan antar suku, dan kapan pun ia memiliki kesempatan, Ibn Khaldun akan disibukkan dengan ilmu pengetahuan dan mengajar.

Ibnu Khaldun dan Karyanya “Muqaddimah”

Muqaddimah karya Ibnu Khaldun merupakan karya yang sangat penting yang mengupas tentang sejarah dengan beragam ilmu-ilmu di dalamnya seperti sosiologi, ekonomi dan lain sebagainya.

Ibnu Khaldun, sebagai cendekiawan yang dibesarkan oleh peradaban Islam yang besar saat itu memiliki pendekatan positif untuk mampu hidup bersama dengan peradaban yang berbeda.

Ibnu Khaldun juga berhasil memberikan landasan teoritis yang kokoh bagi mereka yang berupaya membangun landasan teoritis tatanan dunia multi-peradaban di dunia global.

Dengan teori peradaban Ibn Khaldun, seseorang harus mencoba memahami bagaimana peradaban bekerja secara empiris, dan memahami bahwa tatanan baru memiliki hubungan antar peradaban yang diciptakan oleh globalisasi.

Ibnu Khaldun menawarkan kepada kita sebuah perspektif yang mencerminkan pemahaman peradaban terbuka yang bertujuan untuk melindungi semua peradaban yang ada.