Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

4 Sifat Wajib Bagi Nabi dan Rasul Dalam Islam

Nabi dan Rasul dalam Islam

Dalam agama Islam, Nabi adalah orang-orang yang mendapatkan wahyu dari Allah Swt. Sedangkan Rasul adalah orang-orang yang bertugas menyebarkan ajaran dan perintah agama yang berasal dari Allah tersebut kepada manusia.

Dengan demikian ada dua hal yang berbeda antara istilah nabi dan rasul. Jika nabi adalah saat mendapatkan wahyu sedangkan rasul adalah saat diwajibkan menyampaikan risalah atau wahyu yang didapat tersebut.

Dalam konteks menyebarkan ajaran Allah ini, para nabi dan rasul memiliki mukjizat dan tanda kenabian yang berbeda.

Namun semua nabi dan rasul itu punya sifat wajib yang sama yang mana mereka pasti memiliki sifat tersebut.

Apa itu makna Sifat Wajib Para Nabi dan Apa saja?

Sifat para nabi mewakili karakteristik tertentu yang ditemukan di dalam diri para nabi. Sifat wajib nabi berarti sifat tersebut harus ada dalam diri para nabi. Sifat tersebut merupakan sifat-sifat terpuji yang mendukung seorang nabi dalam menyampaikan wahyu kepada manusia.

Dalam agama Islam ada 4 sifat wajib yang dimiliki oleh para nabi dan rasul. 4 sifat wajib itu meliputi siddiq (jujur), amana (bisa dipercaya), fathanah (cerdas), tabligh (menyampaikan wahyu).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai 4 sifat wajib bagi nabi dan rasul tersebut:

1. Siddiq (jujur)

Siddiq berarti jujur, yang mana arti dari sifat wajib ini adlaah bahwa seorang nabi dan rasul itu memiliki sifat mengatakan kebenaran dengan mengucapkan kata-kata yang berisi kebenaran.

Selain kata-kata, jujur ini pun juga berlaku pada perilaku benar dalam segala hal dan juga menepati janji atau amanah.

Dalam hal sifat jujur ini, nabi adalah seseorang yang mengemban tugas penting untuk menyampaikan wahyu dan oleh karenanya seorang nabi dan rasul akan selalu mengatakan yang sebenarnya.

2. Amanah (Bisa dipercaya)

Sifat wajib berikutnya bagi rasul adalah sifat amanah. Sifat amanah berarti sifat bisa dipercaya, artinya adalah salah satu ciri terpenting seorang nabi, maka ia menjadi seseorang yang dapat dipercaya dan diyakini segala pernyataan dan tindakannya.

Dalam hal ini, semua nabi dan rasul adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan diyakini ucapan serta tindakannya.

Para Rasul menyampaikan perintah yang disampaikan Allah kepada orang-orang secara benar, akurat dan lengkap tanpa dikurangi maupun ditambahi.

3. Fathanah (Cerdas)

Arti dari fathanah adalah cerdas. Artinya seorang nabi wajib memiliki sifat sebagai orang yang cerdas. Hal ini karena sifat cerdas sangat penting dalam hal penyampaian wahyu. Jika seorang nabi tidak cerdas maka hal itu pasti bisa menjadi masalah pada penyampaian wahyu.

Dalam konteks ini, Allah Swt. telah memberikan akal cerdas kepada semua nabi dalam hal nalar dan berfikir. Contoh nabi Muhammad Saw. sendiri, sebagai nabi, beliau merupakan sosok yang cerdas terlihat dari tutur kata-kata beliau.

4. Tabligh (Menyampaikan wahyu)

Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an bahwa para rasul adalah utusan Allah pembawa kabar kebenaran berupa wahyu.

Dengan demikian, para rasul wajib menyampaikan semua informasi yang mereka terima dari Allah kepada orang-orang sebagaimana adanya dan tanpa membuat perubahan apa pun.

Selain keempat sifat di atas, ada lagi sifat wajib bagi rasul menurut sebagian ulama, yaitu sifat ‘ismah yang berarti terjaga. Artinya, seorang nabi atau rasul adalah seseorang yang terjaga dari tindakan dosa.

Jikalau pun mereka melakukan kesalahan maka mereka akan ditegur dengan wahyu atau diberi peringatan.

Lawan dari Sifat Wajib para Nabi/Rasul

Sifat wajib bagi nabi dan rasul di atas memiliki sifat berlawanan, yang mana sifat itu adalah sifat yang mustahil ada pada diri nabi dan rasul.

Sifat muhal nabi dan rasul itu kebalikan dari sifat-sifat di atas, yaitu berbohong, berkhianat, bodoh dan menyembunyikan wahyu.

Tidak mungkin bagi para nabi dan rasul memiliki sifat-sifat muhal tersebut karena hal itu bertentangan dengan pribadi nabi dan rasul sendiri yang berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran kepada umat manusia. Wallahua’lam.