Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Transit di Bandara Jeddah King Abdul Aziz Airport

Sudah menjadi kebiasaan saya kalau naik pesawat pasti prioritas tempat duduk yang saya pilih adalah yang dekat dengan jendela.

Tidak lain adalah biar bisa menikmati keindahan kota maupun wilayah yang dilintasi. Kali ini pemandangan yang saya lihat Istimewa karena kota yang saya tuju adalah Jeddah, Saudi.

sumber gambar / arabnews.com
Saya sendiri sudah dua kali transit di Jeddah. Memang bandara ini dikenal sebagai bandara yang kurang ramah.

Baik dalam hal pemeriksaan paspor maupun pengambilan bagasi. Tempatnya pun bisa dibilang kurang memenuhi standar terutama saat musim haji.

Kebetulan ketika perjalanan menuju Turki bersama keluarga saya singgah di Jeddah bertepatan dengan musim haji.

Perjalanan kami dimulai dari Bandara Soekarno hatta. Waktu itu pesawat terlambat sekitar 1 hingga 2 jam. Keterlambatan itu disebabkan karena bersamaan dengan jadwal pemulangan para jamaah haji.

Sehingga pesawat yang seharusnya berangkat pukul 8 harus mundur hingga kisaran jam 10. Kami sampai di jeddah sekitr jam 3.

 Kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 jam. Namun karena waktu yang berbeda kita tetap sampai sebelum subuh di Jedah.
Pemandangan dari pesawat
Setelah turun dari pesawat, maka kita akan menuju tempat singgah. Untuk tempat singgah bagi para pengunjung yang transit, bisa dibilang cukup kalau tidak terlalu banyak pengunjung yang datang.

Terdapat kursi, toilet, dan disediakan minuman dan makanan dengan membawa tiket untuk mengambilnya.
Receptionis setelah turun dari pesawat
Saat keluar dari pesawat maka kita akan diarahkan oleh petugas untuk menuju ke ruang transit. Disana kita bisa menunggu hingga jadwal keberangkatan tiba.

Saat jadwal keberangkatan telah dekat, maka saya langsung pergi menuju pemeriksaan paspor dan bagasi jinjing. Setelah itu langsung menuju ruang tunggu dan mencari informasi keberangkatan pesawat.

Suasana di ruang tunggu gate
Di ruang tunggu inilah kita akan berjejalan bersama para passanger yang lain. Tidak jarang karena kursi yang disediakan penuh, banyak yang memilih lesehan di bawah lantai. 

Di ruangan besar ini pun toilet tidak memadahi. Selain bau yang menyengat, jumlah toilet yang adapun tidak sesuai dengan jumlah pasanger yang ada. Walhasil toilet selalu antri berjajar orang-orang yang mengantri. 

Ditambah lagi mushalla atau tempat shalat yang hanya lantai ditambah satir atau penutup yang terbuat dari kayu remanen. 

Tempatnya ramai orang-orang yang beristirahat, dan dibeberapa sudut digunakan untuk shalat. Saya setelah berwudhu langsung menuju mushalla. 

Sayangnya banyak perempuan yang shalat dan sebagian istirahat. Jadinya pinjam sajadah sama pemilik toko yang ada dibandara dan shalat di depan tokonya.

Suasana saat naik bus setlle menuju pesawat
Setelah keberangkatan pesawat dikonfirmasi, para passanger pun dipanggil untuk menuju cek tiket dan menuju bus settle.

Disini ketidaknyamanan muncul lagi karena konfirmasi penerbangan pesawat tidak diumumkan di papan pengumuman digital. Mungkin karena padatnya jadwal penerbangan, pengumuman penerbangan pun dilakukan dengan manual.

Petugas teriak-teriak bilang, Istanbul istanbul istanbul sambil jalan-jalan. Jadi sebelumnya saya tanya-tanya muter-muter melalui keramaian untuk bisa bertanya kepada petugas, tentang jalur mana yang akan digunakan untuk pesawat yang menuju Istanbul.

Akhirnya pun kami berhasil masuk ke bus settle dan menuju pesawat untuk keberangkatan Istanbul.

Ringkasan perjalanan:

Bandara Soekarno hatta-Menuju Pesawat-Terbang Ke Jeddah-Turun Menuju Bus Settle-Masuk ke bagian petugas-Diarahkan ke transit longue-Menunggu di tempat transit-Melewati pemeriksaan paspor dan bagasi-Menuju ruang tunggu-Menuju pemeriksaan tiket-menuju pesawat.

Jika anda bertanya-tanya tentang apakah transit di Jeddah butuh visa? Anda bisa mencaritahunya disini: Transit Di Jeddah Apakah Perlu Visa

Itulah informasi mengenai Pengalaman Transit di Bandara Jeddah King Abdul Aziz Airport. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.