Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gunung Nemrud atau Namrud di Turki

Gunung Namrud dengan tinggi 2552 m terletak di tenggara Turki, 87 km dari Adıyaman dan merupakan bagian dari jajaran Pegunungan Taurus di atas lembah Sungai Eufrat. Gunung ini adalah termasuk situs reruntuhan luas makam Antiokhos I (69-36 SM) dari Kerajaan Commagene (163 SM - 72 M).

Konon kekaisaran Seleucid (312 SM - 63 SM) memperoleh kendali atas Commagene pada masa pemerintahan raja Seleucid akhir abad ke-3 dan awal ke-2, yaitu raja Antiokhus III yang Agung. Kontrol atas negara ini berlangsung hingga tahun 163 SM, ketika Ptolemaeus dari Commagene, menetapkan dirinya sebagai penguasa independen setelah kematian raja Seleucid, Antiokhus IV Epifanes. 
image / AncientOrigins.com

Kerajaan Commagene mempertahankan kemerdekaannya sampai pada tahun 17 M, ketika wilayahnya dibuat menjadi provinsi Romawi oleh Kaisar Tiberius. Mithridates I menyatukan orang Persia dan Makedonia serta komunitas lain di daerah itu untuk membentuk negara yang kuat.

Setelah Mithridates I, Antiochos I (69-36 SM) menjadi raja Conmmagene dan mengembangkan kerajaannya sebagai sebuah wilayah strategis pada rute perdagangan penting antara Suriah, Mesopotamia dan Roma. Kerajaan itu berada pada puncak kejayaan selama zamannya.

Tempat suci di puncak Gunung Namrud yang sekarang ini berada di wilayah Turki ini dibangun oleh Antiokhos I untuk dirinya sendiri sebagai monumen makam. Tempat ini berupa makam berbentuk kerucut dengan ketinggian 50m dan diameter 150m serta terdiri dari 50.000 meter kubik kerikil.

Ada tiga teras di tempat suci yang berada di sisi Timur, Utara dan Barat. Sisa-sisa pahatan, yang pernah menghiasi ketiganya, memberikan gambaran tentang ukuran dan kemegahan struktur megah Antiochus. Patung kepala kolosal dari Apollo, Zeus, Hercules, dan Antiokhos I dan beberapa dewa Yunani dan Persia mengelilingi struktur bangunan makam.

Kompleks ini juga mencakup sumur gua, beberapa relief dan reruntuhan. Penduduk Commagene digambarkan sebagai orang semi-Iran yang mempraktikkan kepercayaan Zoroaster dan menyembah dewa-dewa dengan nama-nama Timur dan Barat gabungan seperti Zeus-Orimasdes dan Apollo-Mithras.

Situs ini ditemukan kembali pada tahun 1881 oleh Karl Sester, seorang arkeolog Jerman. Pada tahun 1883, situs ini dikunjungi oleh Osman Hamdi Bey, yang merupakan pendiri dan direktur Museum Arkeologi Istanbul.

Pada tahun 1984, para arkeolog Jerman, di bawah arahan Friedrich Karl Dörner dari Universitas Münster, mulai mensurvei dan memulihkan monumen-monumen itu. Namun sayangnya hingga kini kamar penguburan Antiokhus belum ditemukan.