Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadis Motivasi Hidup, Kerja dan Belajar: Lemah Lembut, Pangkal Dari Kebaikan

Hadis Motivasi Hidup, Kerja dan Belajar: Lemah Lembut, Pangkal Dari Kebaikan

سَمِعْتُ جَرِيرًا يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ
Saya (Abdurrahman bin Hilal al-Abbasy) mendengar Jarir Ra bahwa beliau berkata, “Saya mendengar bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), berarti ia dijauhkan dari kebaikan’.” (HR. Muslim).

Barang siapa yang bersifat lembut, maka Allah akan mencintainya. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap perkara.” (HR. Bukhari). Dan setiap kasih sayang akan membuahkan kebaikan karena kasih sayang adalah rahmat untuk menuju perdamaian. Sebaliknya, jika kasih sayang itu dicabut maka muncullah kebencian yang berakhir pada kebinasaan. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya kasih sayang itu tak akan berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika kasih sayang itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR. Muslim).

Sikap lemah lembut adalah kunci semua kebaikan dari dalam diri kita untuk orang-orang di sekitar kita. Manfaatnya pun juga akan kembali kepada kita. Jiwa-jiwa maksiat patuh pada kelembutan dan hati-hati yang dengki akan takluk padanya karena kelembutan mampu melawan maksiat dan dengki.

Saat ada yang menyakiti hati kita maka maafkan sajalah. Kita pun ingin semua kesalahan kita dimaafkan, bukan? Karena seringkali orang tidak sadar saat menyakiti kita. Saat ada yang mendzalimi pun hendaknya kita sadarkan dengan tenang. Kita pun manusia yang sering tak sadar berbuat dzalim juga, dimana kita merasa benar saat melakukannya.

Saat hati dikuasai murka, cobalah untuk ikhlas, karena semua terjadi memang ada takdir yang mengaturnya. Saat hati dirundung khawatir, cobalah untuk berserah diri bertawakkal kepada Allah Swt. karena apapun yang akan terjadi adalah hakNya. Kita tak punya kuasa atas keputusanNya yang telah ditetapkan. Kita bisa berdoa dan menguasahakan takdir namun segalanya tetap ada pada kehendak Allah.

Saat jiwa tak mau menerima, ingatlah bahwa Sang Pencipta Maha Cinta, tak mungkin dzalim pada hamba yang Ia ciptakan sendiri. Seringkali hambalah yang berbuat zalim. Saat kita merasa diri kita rendah, ingatlah bahwa Sang Pencipta Maha Besar, mana mungkin menciptakan sesuatu yang tak berharga karena semua ciptaan Allah itu istimewa.

Saat kita merasa kesusahan, ingatlah banyak yang lebih sengsara daripada kita. Kita tidak boleh egois dan  syukuri saja apa yang ada. Senyumlah pada dirimu sendiri dan senyumlah pada semua manusia. Kirim kasih pada orang-orang di rumahmu, pada semua tetanggamu juga pada semua yang kaucinta, juga yang mencintaimu dan yang mendzalimi, juga pada orang yang membuatmu sakit hati. Cinta yang tulus tidak memandang siapa yang dicintai bukan?

Syukuri dirimu dan syukuri mereka semua, yaitu orang-orang yang ada disekitarmu. Syukuri kondisimu dan syukuri masa lalumu, karena Allah menciptakan semua dengan sifat-Nya Yang Agung. Saat syukur dan senyum meliputimu dengan sifat yang lemah lembut,  saat kasih dan cinta menguasaimu, lemah lembut ini pun susah lepas dari hidupmu. Lemah lembut pada tubuhmu, pada jiwamu, pada pikiranmu dan pada semua ciptaanNya akan membuat dunia menjadi bahagia.

Rasulullah Saw. telah memberikan contoh sebagai pribadi yang mencerminkan perilaku lemah lembut. Hal ini beliau tunjukkan dalam hal berlaku lemah lembut terhadap istri, anak-anak, pembantu, orang awam, bahkan orang kafir yang seringkali memusuhi Nabi. Beliau tidak pernah menaikkan nada suara saat berbicara dengan istri-istrinya. Rasulullah Saw. juga pernah memberikan ciuman kepada Hasan bin Ali cucu beliau, maka Aqra’ bin Habis mengatakan, “Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada satu pun dari mereka yang kucium.” Rasulullah pun menjawab, “Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari).[]