Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa santri harus berani tirakat?

Mengapa santri harus berani tirakat? Ketika belajar di pesantren, seorang santri berarti sedang menempa diri untuk menjadi tolibul ilmi alias pencari ilmu. 

Dan dalam tradisi ilmu islami ini, berbeda dengan tradisi keilmuan biasa yang proses pembelajarannya adalah dengan belajar dan belajar. 

Tapi santri tidak demikian, para santri yang mengikuti tradisi mencari ilmu ala ulama itu selain mengandalkan belajar mereka juga mengandalkan tirakat.

Lalu apa sih sebenarnya tirakat itu? Apa hakikat tirakat? Mengapa santri harus berani tirakat?

Apa Itu Tirakat?

Menurut beberapa sumber yang kangdidik.com pernah dengar, tirakat itu berasal dari kata taraka yang berarti meninggalkan. 

Maksud dari tirakat itu sendiri adalah meninggalkan hal-hal yang menyenangkan dengan maksud untuk mendapatkan hal-hal yang luar biasa. 

Dengan perspektif semacam ini, tirakat dilakukan oleh para santri dengan cara yang umum adalah dengan berpuasa. 

Banyak puasa yang bisa dikerjakan dalam rangka tirakat ini, salah satunya adalah puasa Dawud, yaitu sehari puasa sehari tidak. 

Atau puasa senin kemis, puasa pada hari senin dan kamis saja. Atau ada juga yang puasa mutih, alias hanya makan dan minum nasi putih dan air putih. 

Kangdidik.com juga mendapati kesamaan kata tirakat dengan tarikat, yang berarti jalan. Tarikat sendiri adalah jalan atau usaha untuk bisa mendapatkan sesuati melalui jalan khusus. 

Dan kedua kata ini, tarikat dan taraka yang berarti meninggalkan, namun ketemunya adalah sama, yaitu tirakat itu adalah usaha yang khusus dalam rangka memperoleh sesuatu. 

Tirakat santri, berarti adalah usaha santri untuk meninggalkan hal-hal yang menyenangkan dalam rangka mendapatkan cita-citanya, yaitu mendapatkan ilmu yang beramnfaat.

Mengapa santri harus berani tirakat? Tujuan Tirakat Santri

Tirakat santri punya banyak tujuan, tapi fokus tujuan utamanya adalah bisa mendapatkan ilmu secara lebih luas juga bermanfaat. 

Disini bedanya santri dengan pendidikan umum lainnya. Jika di bangku sekolah umum, yang terpenting adalah mendapatkan ilmu dan pengetahuan untuk kehidupannya kelak.
Acara Rutinan Bersama Anggota NU di Turki

Tapi santri tidak demikian, ilmu bukanlah segalanya yang bisa menjadi hal utama yang harus diambil. 

Yang menjadi hal terpenting adalah ilmu yang bermanfaat, karena santri yakin dengan ilmu yang sedikit pun tetapi bermanfaat, maka hal itu bisa memberikan anugerah yang sangat besar dalam hidup santri.

Dan yang tak kalah penting, dalam mencari ilmu, tujuan utamanya adalah untuk membenahi akhlak. Makanya santri pun dalam bertirakat hendak bertujuan agar ilmu yang didapatkan pun bisa bermanfaat untuk membenahi akhlak yang mulia.

Jenis-jenis Tirakat Santri

Ada banyak sekali jenis-jenis tirakat yang bisa dilakukan oleh santri. Salah satunya adalah berpuasa, tirakat yang paling umum. Namun sebenarnya tirakat itu tidak hanya bisa diraih dengan puasa. 

Belajar dengan sungguh-sungguh pun termasuk tirakat, dengan bermaksud agar kegiatan belajar, menghafal nadham, mengulang pelajaran, itu adalah usaha untuk bisa meraih ilmu sedalam-dalamnya untuk kemanfaatan agama dan bangsanya.

Berdzikir dengan sungguh-sungguh dan memurajaah hafalan pun juga bisa disebut tirakat karena inti dari tirakat adalah menahan hawa nafsu dari keinginan untuk berleha-leha dan berenak-enakan dengan tujuan mendapatkan hati yang bersih dan jiwa yang tenang.

Mengapa santri harus berani tirakat?

Santri harus bearni tirakat karena tirakat sebenarnya tidak terlepas dari kehidupan santri. Di pesantren itu jika diukur dengan kehidupan biasa pasti tidak enak. 

Mandi harus antri, harus mencuci baju sendiri, harus tidur di sembarang tempat, harus belajar pada waktunya dan beragam kewajiban santri lainnya. 

Oleh karenanya, kewajiban itu sebenarnya menuntut santri untuk menahan hawa nafsu yang artinya ia harus bertirakat untuk meninggalkan keinginan nafsu untuk berleha-leha.

Juga dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu itu diibaratkan cahaya yang akan sampai ke dalam hati. Jika hati itu bersih maka ilmu itu akan bersinar sehingga memberikan efek pada pemilik ilmu. 

Namun jika hati itu kotor, maka ilmu yang didapatkan itu akan padam tanpa ada efek dalam diri seseorang. 

Nah, santri itu bertirakat karena berkeinginan agar ilmu yang didapatkan itu bisa bermanfaat, karena alim saja tidak cukup. Syetan pun alim, berilmu dan punya pemikiran yang masuk akal. 

Buktinya ia bisa berpikir bahwa api itu lebih baik daripada lumpur sehingga seharunya dirinya tidak sujud kepada Adam. 

Tapi kecerdasan dan ilmu itu harus dibarengi dengan jiwa yang sehat karena jika tidak maka akan ingkar dan kufur seperti syetan. 

Dimana ia dengan keangkuhan dan kesombongannya berani untuk menolak perintah Allah Swt. Itulah yang hendak dicapai oleh santri dengan bertirakat. Jadi mengapa santri harus berani tirakat? 

Karena menjadi santri adalah menjadi sosok yang istimewa yang ditempa melalui tirakat meninggalkan hawa nafsu untuk meraih kebahagiaan yang besar.