Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apa itu al-Quran? Apa yang dimaksud dengan al-Quran?

Apa itu al-Quran? Apa yang dimaksud dengan al-Quran? Bagi umat Islam pasti tidak asing lagi dengan yang namanya al-Quran. Setiap hari al-Quran dibaca dan dihafalkan oleh umat Islam. Seorang muslim pasti setiap hari mengucapkan bacaan al-Quran, semisal bacaan al-Fatihah yang dibaca pada tiap rakaat shalat.

Lalu sebenarnya apakah al-Quran itu? Apa definisi al-Quran? oleh siapa al-Quran diturunkan? Kepada siapa al-Quran diturunkan. Pada kesempatan kali ini dalamislam.info akan mengulas hal itu secara rinci insyaAllah.

Apa itu al-Quran Apa yang dimaksud dengan al-Quran?

Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah Swt kepada nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an secara bahasa berarti “mengumpulkan” dan “membaca”.

Adapun definisi al-Quran secara istilah adalah “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf dan disampaikan dari Nabi kepada kita secara mutawatir atau dengan riwayat dari orang yang jumlahnya banyak serta membacanya dinilai ibadah.

Ada beberapa kitab yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia, yaitu Zabur, Taurat, Injil dan al-Quran. Namun dari kitab-kitab samawi tersebut, kini hanya al-Quran lah yang memiliki paling unggul. Hal ini karena kitab-kitab suci lainnya telah dirubah isinya dan akhirnya kitab-kitab itu pun bercampur dengan ucapan yang ditulis oleh manusia.

Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia, yaitu sebagai penyempurna dan meluruskan kitab-kitab terdahulu yang telah dirubah dan juga membawa petunjuk yang tak akan berubah hingga kiamat kelak.

Al-Qur’an adalah kalam ilahi terakhir yang diturunkan kepada umat manusia, merupakan kitab yang paling sempurna yang juga mengandung pengetahuan seperti kitab-kitab ilahi yang diturunkan sebelumnya.

Karena Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir, al-Quran pun berada dalam perlindungan Allah sendiri. Al-Quran akan terus menjadi petunjuk untuk mendapatkan keselamatan dan perdamaian bagi umat manusia, dan al-Quran tidak akan berubah sampai hari kiamat. Allah SWT mengungkapkan hal ini sebagai berikut:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan kami pasti akan menjaganya.” (al-Hijr, 9)

Wahyu Al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi dari Allah SWT melalui Jibril, dengan perantara wahyu. Agar al-Quran mudah dihafal, mudah dipahami artinya, juga agar bisa menguatkan dan mengakar di hati orang-orang yang beriman, maka al-Qur’an pun tidak diturunkan sekaligus. Sebaliknya, al-Quran diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun.

Allah SWT menjelaskan alasan mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus:

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ ٱلْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَٰحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَٰهُ تَرْتِيلًا

Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

Ayat-ayat al-Quran itu diturunkan secara bertahap memiliki banyak sekali hikmah. Di antaranya adalah untuk merespon peristiwa tertentu dan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Peristiwa atau pertanyaan yang menyebabkan turunnya ayat tersebut disebut dengan Asbabun Nuzul (alasan turun).

Kapan al-Quran Diturunkan kepada Nabi?

Dalam satu ayat dijelaskan bahwa al-Qur’an memberi mulai turun di bulan Ramadhan, di ayat lain disebutkan bahwa al-Quran turun di malam yang diberkati, dan di ayat lain disebutkan bahwa al-Quran turun pada malam Qadr atau Lailatul Qadr.

Para ulama menyatakan bahwa tidak ada pertentangan pada ketiga informasi tersebut, mengingat Malam Kemuliaan adalah malam yang diberkahi di bulan Ramadhan, yaitu malam Lailatul Qadr.

Al-Quran Ditulis Dalam Mushaf

Ketika ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan, Nabi Muhammad akan membacakannya kepada para sahabatnya. Para sahabat pun akan menghafalkan ayat dan surah yang disampaikan kepada mereka.

Ayat dan surah yang dihafal juga itu juga ditulis oleh para sahabat yang menjadi juru tulis wahyu. Ayat-ayat itu ditulis dalam dua salinan, satu salinan disimpan Nabi dan yang lain disimpan bersama para sahabat.

Nabi Muhammad Saw biasanya akan memberi tahu para sahabat penulis wahyu tentang ayat-ayat mana yang akan ditempatkan dan bagaimana ayat-ayat itu diatur letaknya. Karena belum ada kertas pada waktu itu, ayat-ayat Al-Qur’an pun ditulis di atas berbagai media seperti batu putih tipis, pelepah pohon palem, tulang belikat yang diluruskan, dan kulit hewan.

Setelah ayat-ayat al-Quran itu selesai diwahyukan kepada Nabi Saw, Jibril mendatangi Rasulullah dan Rasul pun akan membacakan seluruh Al-Qur’an untuk membandingkan dan mengoreksi bacaan Nabi.

Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, Al-Qur’an ditulis dan dihafal sepenuhnya oleh para hafiz penghafal al-Quran dari kalangan sahabat. Karena wahyu al-Quran masih terus berlanjut selama Nabi masih hidup, maka tidak mungkin untuk mengumpulkan seluruh Al-Qur’an dalam satu kitab yang utuh.

Pada masa khalifah, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, karena 70 orang yang hafiz al-Quran di kalangan sahabat meninggal menjadi syahid dalam pertempuran Yamamah. Melihat kenyataan itu, Sayyidina Umar pun mengungkapkan keprihatinannya tentang hilangnya al-Qur’an bersama meningalknya para syahid itu dan menawarkan untuk mengumpulkan al-Quran dan menulisnya menjadi sebuah kitab yang satu.

Sayyidina Umar pun berunding bersama Sayyidina Abu Bakar untuk melakukan hal tersebut. Ide Sayyidina Umar ternyata bermanfaat dan sebuah komisi pengumpulan al-Quran pun dibentuk di bawah pemimpinan hafiz terkenal serta juru tulis wahyu yaitu Zayd bin Tsabit.

Para sahabat dalam komisi itu pun mulai mengumpulkan ayat-ayat al-Quran berdasarkan dua syarat, yaitu mereka tidak menulis ayat apa pun kecuali apabila ayat tersebut terdapat dokumen catatan selain hafalan.

Perlu dicatat di sini bahwa hal umum yang ada pada masa itu adalah al-Quran dihafal oleh banyak orang. Tanpa ditulis pun al-Quran berada dalam jiwa para sahabat dengan bentuk yang sama karena tradisi tulis menulis tidak terlalu umum bagi masyarakat Arab. Adapun bukti dokumen tulisan itu diperlukan dalam mengumpulkan al-Quran sebagai bentuk kehati-hatian para sahabat dalam menulis al-Quran dalam satu mushaf.

Di antara poin-poin yang dipertimbangkan dalam penulisan al-Quran ini adalah kesaksian dua orang yang melihat bahwa dokumen tertentu ditulis di hadapan Nabi. Para sahabat mengkaji Al-Qur’an yang berhasil dikumpulkan oleh komisi penulis wahyu. Tidak ada yang keberatan sedikit pun dengan hasil yang tercapai. Dengan demikian, pengumpulan Al-Qur’an dengan menggabungkan ayat dan surah dalam satu kitab telah selesai.

Pada masa berikutnya, ketika terjadi konflik antara penduduk Damaskus dan Irak atas pembacaan beberapa ayat Al-Qur’an, maka Sahabat Huzayfah pun meminta khalifah waktu itu, yaitu Sayyidina Usman agar diadakan penulisan ulang al-Quran untuk memperbanyak salinan al-Quran.

Sayyidina Usman pun kemudian memerintahkan diadakannya sebuah komisi di bawah kepemimpinan Zaid bin Sabit lagi untuk memperbanyak tulisan mushaf Al-Qur’an. Salinan duplikat pun dikirim ke wilayah yang diperlukan hingga konflik atas perbedaan bacaan al-Quran pun berhasil diselesaikan. Banyak salinan ditulis atas dasar ini di daerah-daerah yang dikirim sehingga kemungkinan terjadi kesalahan baca pun berhasil dihilangkan.

Isi Kandungan Al-Qur’an

Karena Al-Qur’an diutus untuk manusia dan kebahagiaannya, ia berisi informasi dan ketentuan yang menyangkut dunia dan akhirat dan yang akan memungkinkan manusia untuk bahagia di kedua alam.

Dalam Surah Baqara, yang merupakan surah kedua, Allah SWT menyatakan bahwa Al – Qur’an adalah kitab petunjuk bagi mereka yang memiliki taqwa. Bersamaan dengan ketentuan tersebut, Al-Qur’an juga memasukkan mata pelajaran yang diperlukan bagi manusia.

Beberapa topik utama dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Aqidah atau Keyakinan

Iman merupakan dasar dan esensi dari materi pelajaran yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dijelaskan berbagai aspek dari iman itu, yaitu tentang dzat dan sifat-sifat Allah, kitab-kitab Aklah, para nabi, hari kiamat serta qada dan qadar Allah.

Beberapa ayat Al-Qur’an tentang masalah aqidah ini adalah tentang beriman kepada Allah dan al-Quran sebagaimana dalam ayat al-Hasyr ayat 7 berikut: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah“.

2. Ibadah

Dalam Al-Qur’an, banyak dijelaskan tentang ibadah yang harus dilakukan seseorang dan bagaimana ibadah ini harus dilakukan. Disebutkan bahwa orang-orang beriman yang menunaikan ibadahnya juga akan memperoleh keselamatan di akhirat.

Di antara ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang kewajiban beribadah adalah sebagai berikut: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).

Al-Qur’an datang untuk mengajak manusia agar mereka beribadah kepada Allah. Tugas manusia adalah memenuhi panggilan ini dan memenuhi kewajiban pengabdiannya kepada Allah SWT.

3. Akhlak atau Moralitas

Ada banyak prinsip tentang moralitas dalam Al-Qur’an. Beberapa ayat Al-Qur’an yang berbiacara tentang akhlak adalah sebagaimana QS. Al-Ahzab Ayat 70 berikut: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”.

Dalam Al-Qur’an, manusia diperintahkan untuk mengambil keadilan sebagai dasar dalam hubungan mereka satu sama lain, untuk berbuat baik satu sama lain dan untuk membantu kerabat mereka: Juga dilarang melakukan perilaku buruk. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Surat an-Nahl, ayat 90 berikut:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Agama Islam sangat mementingkan moral yang baik dan bertujuan untuk membangunnya di setiap segmen masyarakat. Untuk alasan ini, Al-Qur’an berbicara tentang prinsip-prinsip moralitas dalam banyak ayatnya dan mengarahkan manusia kepada kebaikan, keindahan dan kebenaran. Nabi Muhammad Saw. juga menyatakan bahwa alasan dia diutus adalah untuk melengkapi akhlak yang baik.

4. Al-Quran Berbicara Tentang Makhluk dan Penciptaannya

Al-Qur’an berisi informasi tentang makhluk dan penciptaan mereka dan beberapa sifat mereka. Di antara ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang masalah ini adalah seperti QS. At-Tagabun Ayat 3 sebagai berikut:

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentuk rupamu lalu memperbagus rupamu, dan kepada-Nya tempat kembali.”

Al-Qur’an memberikan informasi tentang penciptaan dan beberapa karakteristik dari beberapa makhluk; Allah ingin agar manusia bisa mengambil pelajaran dari penciptaan ini dan menyadari bahwa Allah adlaah Sang Pencipta dan Tuhan segala sesuatu, yang memiliki kekuatan tak terbatas.

Ayat-ayat tentant penciptaan tersebut telah mendorong para sarjana untuk meneliti dan hingga telah memandu mereka untuk menemukan beberapa penemuan. Bahkan, salah satu tujuan Al-Qur’an adalah untuk membuka cakrawala pengetahuan manusia, untuk memahami karakteristik makhluk dengan pikiran, perasaan dan kemampuan yang diberikan oleh Allah dan memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari mereka dengan cara yang paling baik.

5. Ketentuan yang Mengatur Hubungan Antar Orang

Al-Quran tidak hanya mengatur tentang ibadah dan akidah saja, tetapi juga mengatur tentang hubungan sesama manusia agar tercipta kehidupan yang damai dan sejahtera secara bersama-sama.

Beberapa ayat Al-Qur’an yang memuat ketentuan yang mengatur hubungan antarmanusia adalah sebagaimana QS. Al-Isra’ Ayat 35 berikut: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan timbangan yang benar.”

Dalam Al-Qur’an disebutkan tentang larangan mengambil dan memakan harta orang lain dengan cara yang haram, menerima dan memberi suap, serta melakukan bunuh diri dan menghlilangkan nyawa orang lain.

Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk memperlakukan satu sama lain secara adil, jujur ​​dan hormat; memerintahkan mereka untuk saling menghormati hak dan saling menasehati demi kebaikan.

Itu semua tidak lain adalah demi kebahagiaan dan ketenteraman tatanan masyarakat mengingat manusia adalah makhluk sosial yang pasti hidup bersama-sama dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain.

Keadilan, kepercayaan, kedamaian, dan kebahagiaan akan terwujud dalam masyarakat yang dibentuk oleh mereka yang mematuhi ketentuan-ketentuan Al-Qur’an ini.

6. Dakwah Para Nabi

Allah, telah memberikan tugas-tugas tertentu kepada manusia yang Dia ciptakan dan telah menyatakan tugas-tugas ini dalam kitab-kitab yang telah Dia kirimkan.

Dia juga mengutus para nabi dari kalangan manusia untuk mengajari manusia tentang perintah dan larangan yang dia nyatakan dalam buku-buku ini, dan untuk memberi contoh dalam menjalankan ketetapan-Nya. Al-Qur’an memberikan informasi tentang nabi-nabi dan kitab-kitab suci ini dan menyatakan bahwa orang-orang harus mengikuti mereka.

Fakta bahwa Allah Ta’ala mengutus para nabi kepada manusia, menyampaikan wahyu kepada manusia melalui mereka, dan melimpahkan berkah seperti pikiran dan hati kepada manusia agar mereka dapat mengenal-Nya adalah semua manifestasi dari rahmat-Nya yang luas.

Al-Qur’an, nabi terakhir Hz. Dia menyatakan bahwa Muhammad, damai dan berkah besertanya, diutus kepada semua orang sebagai pemberi kabar baik, pemberi peringatan dan contoh, dan bahwa dia adalah penyeru yang mengajak orang ke jalan Allah.

7. Kisah-kisah Umat Terdahulu

Ada juga kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang menggambarkan para nabi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada mereka. Ada juga cerita tentang beberapa bangsa yang hidup di masa lalu dan dihukum oleh Tuhan dengan berbagai kesulitan dan bencana karena mereka melanggar ketetapan Tuhan.

Kebijaksanaan di balik menceritakan kisah-kisah negara-negara ini adalah untuk memungkinkan orang mengambil pelajaran dari mereka dan untuk menjauh dari perilaku yang menyebabkan hukuman negara-negara masa lalu. Ayat Surah Ali Imran, ayat 137 berikut menyatakan tujuan ini:

“Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Ciri-ciri Al-Qur’an

Ciri-ciri utama Al-Qur’an yang membedakan antara apa itu al-Quran dan kitab-kitab terdahulu adalah:

1. Al-Quran turun secara bertahap

Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Nabi kita sekaligus, seperti dalam kitab-kitab suci lainnya, tetapi dalam ayat-ayat dan surat-surat menurut waktu dan peristiwa.

2. al-Quran adalah kitab Samawi terakhir

Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir dan tidak akan ada kitab lain setelahnya. Keabsahan penghakiman dan kebenaran yang dibawanya akan bertahan sampai akhir zaman.

3. Al-Quran akan tetap sama tak berubah

Al-Qur’an telah datang kepada kita tidak berubah dan tidak berubah, dan akan tetap demikian sampai Hari Pembalasan.

4. Al-Quran mukjizat terbesar

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar dan paling permanen yang menunjukkan bahwa Muhammad (sallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah seorang nabi.

Kebenaran ilahi yang terkandung dalam Al-Qur’an layak untuk memenuhi kebutuhan semua orang dan zaman sampai Hari Pembalasan. Tak terbayangkan bahwa akan tiba saatnya sains dan akal menemukan kontradiksi dalam fakta-fakta di dalamnya. Karena sains mengikuti Al-Qur’an dengan mengkonfirmasi kebenaran yang diceritakan berabad-abad yang lalu.

Kelebihan lainnya adalah mudah dihafal. Jutaan orang telah menghafal seluruh Al-Qur’an hingga saat ini. Itu akan terus dihafal sampai hari kiamat. Fitur ini belum pernah diberikan kepada buku mana pun dalam sejarah.

Al-Qur’an adalah sumber pengetahuan yang menghasilkan solusi untuk semua masalah manusia, sosial, fisik dan spiritual.

Keajaiban Al-Qur’an

Apa itu al-Quran? Al-Qur’an adalah kitab yang mengandung keajaiban yang menakjubkan, agung dan abadi di segala bidang. Meskipun mukjizat nabi-nabi lain telah selesai ketika masa mereka berlalu, dan hanya mereka yang hidup pada masa itu yang melihat mereka, mukjizat Al-Qur’an akan terus berlanjut hingga Hari Pembalasan.

Al-Qur’an adalah mukjizat dan unik baik dari segi kata maupun maknanya. Fakta bahwa dia adalah mukjizat dalam hal kata-kata adalah bahwa dia turun pada saat sastra Arab berada di puncak, dia menantang orang-orang Arab untuk membawa yang serupa kepadanya, membuat mereka tidak berdaya dalam hal ini. Berikut ini dinyatakan dalam dua ayat tentang hal ini:

Katakanlah: Jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa itu, meskipun mereka saling mendukung.

“Jika kamu berada dalam keraguan terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka bawalah surah yang seperti itu. Jika kamu benar dalam pernyataanmu, panggillah saksi-saksimu (pembantu) selain Allah .

Nabi Muhammad sallallahu ‘alayhi wa sallam adalah seorang yang ummi (buta huruf) dan Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya mencakup semua kebenaran tentang alam material dan spiritual.

Al-Qur’an telah meramalkan fakta bahwa sains dan teknologi telah berdamai dengan berabad-abad yang lalu, dan tidak ada penemuan ilmiah atau fakta ilmiah yang muncul yang menunjukkan kebalikan dari apa yang dibawanya.

Sebaliknya, perkembangan ilmu pengetahuan telah memfasilitasi pemahaman Al-Qur’an. Sementara Al-Qur’an adalah kitab kebenaran dan keajaiban ilahi yang menjelaskan zaman, ilmu pengetahuan telah mengikutinya sebagai hasil dari pengalaman dan usaha manusia.

Ada cabang ilmu yang disebut “I’jazul Quran” atau tentang keajaiban Al-Qur’an. Selain itu, dalam ilmu retorika juga dibahas tentang sastra Al-Qur’an.

Beberapa aspek keajaiban Al-Qur’an

Dalam bahasa Arab, al-Quran mengandung berbagai kelezatan, keindahan, keanggunan dan kekuatan pengaruh yang tidak dapat dijangkau oleh kefasihan manusia.

al-Quran pada faktanya memberi tahu informasi yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran dan ide manusia, dan bahwa berita yang diberikannya tentang masa depan menjadi kenyataan.

Untuk menginformasikan tentang masa lalu, peristiwa dan negara yang tidak mungkin diketahui semua orang.

Meskipun pengunduhannya selesai dalam waktu yang lama 23 tahun, tidak ada kontradiksi dan kontradiksi di dalamnya, seperti dalam buku-buku rusak lainnya.

Itu terdengar dari segi makna, informasi yang dikandungnya masuk akal.
Datang melalui seorang nabi buta huruf yang buta huruf dan belum pernah membaca atau mendengar buku-buku sebelumnya sebelumnya.

Fakta bahwa itu mudah dihafal dan dipelajari oleh ribuan orang, seperti puisi yang sempurna tanpa kata-kata yang hilang atau lebih.

Fakta bahwa ia telah datang tanpa perubahan apa pun selama empat belas abad dan tidak dapat diubah hingga Hari Penghakiman.