Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anak meninggal sebelum baligh Dalam Islam

Anak Yang Meninggal Sebelum Baligh Dalam Agama Islam

Anak-anak yang meninggal sebelum masa baligh akan masuk surga tanpa memandang agama mereka, karena mereka memang belum mukallaf atau berkewajiban untuk beribadah.

Sebagai pahala bagi para orang tua yang kehilangan anak-anak kecil mereka di dunia ini, anak-anak yang meninggal itu akan menyatu bersama orang tua mereka di surga.

Orang tua yang ditinggal mati anaknya akan merasakan cinta dari anaknya tersebut secara kekal di akhirat kelak. Dalam hadis Rasulullah Saw. bersabda:

يقال لهم ادخلوا الجنة فيقولون حتى يدخل آباؤنا فيقال ادخلوا الجنة أنتم وآباؤكم

“Dikatakan kepada anak yang mati ini, ‘Masuklah ke dalam surga’. Kemudian si anak mengatakan, ‘Tidak, sampai orang tuaku masuk surga’. Kemudian disampaikan kepadannya, ‘Masuklah kalian ke dalam surga bersama orang tua kalian’.” (HR. Nasa’i)

Pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada seorang muslim yang bersabar saat kehilangan anaknya disampaikan oleh Abu Musa al-Asy’ari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada malaikat, ‘Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?‘ Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah bertanya lagi, ‘Apakah kalian mencabut nyawa buah hatinya?‘ Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah bertanya lagi, ‘Apa yang diucapkan hamba-Ku?‘ Malaikat menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raajiun‘. Kemudian Allah berfirman, ‘Bangunkan untuk hamba-Ku satu rumah di surga. Beri nama rumah itu dengan Baitul Hamdi (rumah pujian)‘.” (HR. Tirmidzi).

Jadi orang yang bisa bersama dengan anaknya yang meninggal di surga adalah orang tua yang mampu bersabar atas kematian anaknya.

Anak Orang Mukmin dan Musyrik Yang Meninggal Dunia Menurut Islam

Anak seorang muslim yang meninggal sebelum akil balig akan menjadi penghuni surga sebagaimana diriwayatkan dari Imam Ahmad. Namun jika anak yang meninggal itu adalah anak orang musyrik maka anak itu akan masuk ke dalam surga dan menjadi pelayan orang mukmin di sana menurut satu pendapat.

Diriwayatkan dari Salman –radhiyallahu ‘anhu- bahwa ia berkata: “Anak-anak orang musyrik, merekalah sebagai para pembantu penduduk surga”.

Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah bermimpi melihat hal ghaib. Dalam mimpinya itu nabi melihat ada seseorang di bawah pohon dan di sekelilingnya ada anak-anak.

Nabi pun menanyakan hal tersebut lalu nabi menjadapatkan jawaban:

وَالشَّيْخُ فِى أَصْلِ الشَّجَرَةِ إِبْرَاهِيمُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – وَالصِّبْيَانُ حَوْلَهُ فَأَوْلاَدُ النَّاسِ

“Orang tua di bawah pohon adalah Ibrahim. Sedangkan anak-anak kecil yang ada di sekitarnya adalah anak-anak umat manusia (yang mati sebelum baligh).”

Dalam hadis di atas, yang dimaksud dengan “anak-anak umat manusia” adalah mencakup semua akan, baik anak-anak kaum muslimin maupun anak orang kafir yang mati sebelum baligh.

Menurut suatu pendapat, anak-anak orang musyrik akan diuji kembali di akhirat kelak dengan diperintah untuk masuk ke dalam neraka. Hal ini adalah untuk melihat apakah mereka akan taat kepada Allah atau tidak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فمن دخلها كانت عليه برداً وسلاماً، ومن لم يدخلها سحب إليها

“Siapa (di antara orang-orang tersbut) yang memasuki neraka, maka neraka akan menjadi dingin dan tidak membahayakan. Namun siapa yang enggan masuk, maka akan dilemparkan ke neraka.” (HR. Ahmad).

Sedangakan anak-anak orang mukmin yang mati sebelum masa baligh itu jelas bahwa ia akan masuk surga sebagaimana hadis-hadis yang disebutkan sebelumnya. Meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa mereka akan menjadi pelayan di surga.

Namun pendapat yang kuat tetap menyatakan bahwa anak-anak yang meninggal sebelum baligh maka mereka berada pada asuhan Nabi Ibrahim dan mereka bisa memberikan syafaat bagi orang tua mukmin mereka.

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أطفال المؤمنين يكفله إبراهيم

“Anak-anak orang mukmin ditanggung Nabi Ibrahim di surga.”

Wallahua’lam.